Jumat, 08 Desember 2017

Asuhan Keperawatan Diri

Bab I
Pendahuluan
1.1    Latar Belakang
Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dalam proses kehidupannya, mulai dari lahir hingga mencapai titik kedewasaannya. Sehingga di dalam diri setiap individu terdapat berbagai macam cara identifikasi serta perubahan melalui proses yang berbeda pula dan diharapkan menuju arah yang lebih baik. Di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara satu individu dengan individu lainnya dan dari identifikasi tersebut didapatkan pola tingkah laku dari hasil pemikiran yang panjang.
Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri.
Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak variable. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri dan peran.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatka konsep diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri yang negatif akan menimbulkan keputusasaan.
Maka disini kami akan memaparkan tentang konsep diri dalam keperawatan yang nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung  komponen-komponen konsep diri, faktor pengaruh konsep diri, dan proses keperawatan dalam konsep diri.
                           
1.2    Rumusan Masalah
1.2.1        Apa pengertian dari konsep diri?
1.2.2        Bagaimana komponen konsep diri?
1.2.3        Bagaimana diagnosa keperawatan dan diagnosa medik yang terkait dengan gangguan konsep diri menurut NANDA?
1.2.4        Bagaimana diagnosa medis yang terkait dengan gangguan konsep konsep diri?
1.2.5        Bagaimana rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi klien dengan gangguan konsep diri?
1.2.6        Bagaimana tindakan terhadap perubahan konsep diri?

1.3    Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui pengertian dari konsep diri
1.3.2        Untuk mengetahui komponen konsep diri?
1.3.3        Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dan diagnosa medik yang terkait dengan gangguan konsep diri menurut NANDA
1.3.4        Untuk mengetahui diagnosa medis yang terkait dengan gangguan konsep konsep diri
1.3.5        Untuk mengetahui rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi klien dengan gangguan konsep diri
1.3.6        Untuk mengetahui tindakan terhadap perubahan konsep diri

1.4    Manfaat
1.4.1        Mengetahui pengertein konsep diri dan komponennya
1.4.2        Mengetahui diagnosa medis dan diagnosa keperawatan pada konsep diri
1.4.3        Mengetahui cara penulisan Asuhan Keperawatan masalah konsep diri
1.4.4        Mengetahui tindakan yang akan dilakukan mengenai perubahan konsep diri


Bab II
Isi
2.1  Pengertian Konsep Diri
Secara umum, konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu “self concept” merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan – tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut. Secara keseluruhan berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, dan kepercayaan dan pendirian yang diketahui  individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. (Stuart dan Sundeen, 1998).




Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Beck, Willian, dan Rawlin, 1986).
1.        Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang nyata yang sukses dan diterima.
2.        Konsep Diri Ponsitif
Konsep diri positif apabial individu memili pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.
3.        Harga Diri Rendah
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kebribadian pada masa dewasa yang harmonis.
4.        Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat memperbedakan dirinya dengan orang lain.

2.1.1        Dimensi Konsep Diri
Dimensi konsep diri (Fitts, 1971), Hall dan Lindzey (Fitts, 1971) menjelaskan bahwa dalam dimensi internal self dipandang sebagai objek dan sebagai suatu proses. Pada waktu seseorang berpikir, mempresepsi, dan melakukan aktivitas, maka self berperan sebagai proses. Sedangkan bagaimana sikap, perasaan, presepsi dan evaluasi dipikirkan self sebagai objek. Dalam hal ini self merupakan satu kesatuan yang terdiri dari proses-proses aktif seperti berpikir, mengingat, dan mengamati (Kelliat, 2003)
1          Pengatuhsn tentang diri andan adalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa diri anda, misalnya jenis kelamin, penampilan.
2          Pengharapan bagi anda adalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa diri anda kelak.
3          Penilaian terhadap diri anda, adalah pengukuran anda tentang keadaan anda dibandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi pada diri anda, hasil pengukuran tersebut adalah rasa harga diri.
Konsep diri memiliki dua kecondongan, yaitu?
a.        Konsep Diri Negatif
Konsep diri negatif adalah penilaian negatif terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntun diri ke arah kelemahan dan emosional yang dapat menimbulkan keangkuhan serta keegoisan yang menciptakan sesuatu penghancuran diri.
b.        Konsep Diri Positif
Merupakan penilaian positif serta mengenali diri sendiri secara baik, mengarah kekerendahan hati dan kedermawanan sehingga ia mampu menyimpan informasi tentang diri sendiri, baik informasi positif
2.2  Komponen Konsep Diri
Konsep diri didenifisikan secara berbeda oleh para ahli. Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatub pemahaman mengenai diri ataui tengtang konsep diri. “Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacupada evaluasi biodang tertentu dari konsep diri. Sementara itu, Atwater (1987) menyebutkan bahwa kopnsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater mengedentifikasikan konsep diri atas tiga bentuk.
Konsep diri terdiri dari 5 komponen:
Identitas diri
 




Harga diri
KONSEP DIRI                                                                                    Gambaran diri

                                                                                    Peran
Ideal diri

1.      Identitas diri
Menurut Stuart dan Sundeen (1991), identitas adalah kesadaran akan diri yang bersumber dari obsesi dan penilaian yang merupakan sistesa deari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. Identitas juga bercermin pada yang lain (the other), yang tidak bisa terlepas dari pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas manusia selama hidupnya di cerminkan oleh seperangkat opini orang lain. Keunuikan setiap individu sekaligus adalah kekuatan diri dan kelemahannya, kakuaytan karena dengan memahami keunikan itu kita tidak tergoyahkan oleh penafsiran yang lain, kelemahannya adalah ketika kita berupaya untyuk mengukuhkan identitas tersebut.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, yang dipoengaruhi oleh pandangan dan perlakuan lingkungan.
Ciri-ciri individu dengan  perasaan yang identitas positif dan kuat:
a.       Memandang diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
b.      Memiliki kemandirian, mengerti dan percayua diri, yang timbul dari perasaan berharga, berkemampuan suatu kesela dan dapat menguasai diri.
c.       Mengenal diri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain.
d.      Mengakui jenis kelamin sendiri.
e.       Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
2.      Gambaran diri
Pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang lain tahap dirinya. Siakp seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar (Stuart dan Sundeen, 1991)
a.       Siakp tersewbut mencakup: persepsi dan pertasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu setiap perubahan tubuh atau berpengaruh terhadap kehidupan individu.
b.      Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima reaksi diri tubuhnya dan menerima stimulus dari orang lain, semakkin sadar dirinya terpisah dari lingkungan “usia remaja, fokus individu terhadap fisik lebih menonjol”.
c.       Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian, cara individu memandang diri berdampak penting pada aspek psikologinya, individu yang berpandangan realistis terhadap diri, menerima, menyukai bagian tubuh akan memberi rasa cemas, dan meningkatkan harga diri individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran diri akan memiliki kemampuan yang mantap terhadap realisasi sehingga memacu sukses dalam hidup.
3.      Harga diri
Berupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik internal maupun aksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri. Harga diri terkait dengan berbagai hal yang berperan vital, di antaranya:
a.       Kualitas emosi
b.      Aktualisasi diri
c.       Kepercayaan diri
Coopersmith (Stuart dan Sudeen, 1991)
4.      Ideal diri
Suatu yang kita harapkan individu terhadap dirinya yang akan dinilai oleh personal lain. Persepsi individu tentang bagaiman ia haruis berprilaku sesuai dengan standar pribadi Stuart dan Sundeen, (1991) yaitu:
a.       Standar tersebut berhubungan dengan tipe orang, tentang yang diinginkan sejumlah aspirasi, cita-cita yang ingin di capai.
b.      Ideal diri dan berpengaruh terhadap perwujudan dan cita-cita, harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin lakukan.
c.       Mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan di pengaruhi oleh orang penting pada dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan. Pada usia remaja ideal diri terbentuk melaluoi proses identifikasi/memperhatikan.
d.      Kejadiannya yang terjadi dalam dirinya, serta dapat memilih dan menyesuaikan diri
e.       Faktor yang berpengaruh terhadap ideal diri:
1)      Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.
2)      Budaya, standar inio dibandingkan denganstandar kelompok teman.
3)      Ambisi dan keinginan untuk lebih dan berhasil, kebutuhan yang realistic, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dsan rendah diri.
4)      Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan sehingga tetap menjadi pendorong dan masih dapat di capai serta tidak frustasi.
5.      Peran
Merupakan pola sikap, perilaku, posisi, di masyarakat atau fungsi dirinya baik di lingkungan masyarakat, keluarga, atau komonitas. Peran merupakan pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Peran dalam kehidupan dijalani dengan kabar dan konsekuesinya, peran yang baik adalah peran yang tak menyalahi atuiran yang benar, memenuhi kebutuhan dan sinkron dengan ideal diri. Peran sosial, merupakan hubuingan antara satu individu dengan individu lainnya, terkait dengan etnik, budaya dan agama karena pada dasarnya masing-masing diri memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (multiple selfes).
2.3  Diagnosis Keperawatan Dan Diagnosis Medik Yang Terkait Dengan Gangguan Konsep Diri (Nanda Nursing Diagnoses: Definition And Clasification), Philadelphia, 1994
The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) didirikan sebagai badan formal untuik meningkatkan, mengkaji kembali deengan mengesahkan daftar terbaru dari diagnosis keperawatan yang digunakan oleh perawat praktisi termasuk dalam asuhan yang berhubungan dengan asuhan kleperawatan jiwa antara lain:
1.      Penyesuaian, kerusakan
2.      Ansietas
3.      Gangguan citra tubuh
4.      Komonikasi, kerusakan verbal
5.      Koping, individu tidak efektif
6.      Gangguan penyaluran diri
7.      Berduka, disfungsi
8.      Keputussaan
9.      Gangguan identitas personal
10.  Ketidakberdayaan
11.  Penampilan peran, perubahan
12.  Defisit perawat diri
13.  Gangguan harga diri
14.  Perubahan persepsi sensori
15.  Pola seksualitas, perubahan
16.  Internalsosial, kerusakan
17.  Isolasi sosial
18.  Distress spiritual
19.  Kesejahteraan spiritual, potensi untuk ditingkatkan
20.  Proses pikir, perubahan
21.  Amuk, risiko terhadap
22.  Gangguan harga diri rendah

2.4  Diagnosa Medis Yang Terkait Dengan Gangguan Konsep Diri
Menurut American Psychiatric Association: Diagnostic and statistical manual of mental disorder, ed 4, Washington, Dc, 1994.
Diagnosa medis DSM-IV yang berhubungan dengan respons konsep diri
Diagnosis DSM-IV
Gambaran penting
Masalah identitas
Keridak pastian tentang banyak masalah yang terkait dengan identitas seperti tujuan jangka panjang, pilihan karir, pola persahabatan, orientasi dan perilaku seksual, nilai moral dan loyalitas kelompok
Amnesia Disosiatif
Gangguan yang utama yaitu adanya satu atau lebih episode ketidak mampuan untuk mengikat kembali informasi personal yang penting, biasanya bersifat traumatis atau menimbulkan  stress, yang terlalu ekstensif untuk dijelaskan oleh seorang yang asalnya pelupa.
Fuga Disosiatif
Gangguan utama terjadi secara tiba-tiba, melakukan perjalanan jauh dari rumah atau ke tempat biasa bekerja tanpa direncanakan, dengan ketidak mampuan untuk mengikat yang lalu. Bingung dengan identitas personal atau mengasumi identitas baru.
Identitas Disosiatif (kelainan kepribadian ganda)
Adanya dua atau lebih identitas atau keadaan kepribadian mempunyai pola persepsi, berhubungan, dan berpikirtentang diri sendiri dan lingkungan yang berbeda. Sedikitnya dua identitas atau keadaan kepribadian mengendalikan perilaku seseorang. Ketidak mampuan untuk mengikat informasi personal yang terlalu ekstensif untuk dijelaskan oleh seorang yang asalnya biasa.
Kelainan Depersonalisasi
Pengalaman yang timbul kembali atau menetap berupa perasaan terpisah dari proses kejiwaan atau tubuh seseorang, dan sepertinya berada dalam posisi pengamat (misal: perasaan sedang bermimpi). Selama mengalami dipersonalisasi, uji realistis tetap utuh. Depersonalisasi menyebabkan disterss klinis atau kerusakan fungsi yang bermakna.

2.5  Rencana Keperawatan, Implementasi, dan Evaluasi klien Dengan Gangguan konsep Diri
2.5.1        Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan keperawatan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
a.       Tujuan Umum
Klien dapat berhungan dengan orang lain secara bertahap.
b.      Tujuan Khusus
1)      Klien dapat mengindetifikasi kemampuan yang dimiliki.
2)      Klian dapat menilai kemampuan diri yang dapat digunakan.
3)      Klien dapat mebuat rencana sesuai dengan kemampuan yang dimilik.
4)      Klien dapat melaksanakan kegiatan sesuai jadwal secara bertahap.
5)      Klien dapat memfaatkan sistem pendukung yang ada.
c.       Kriteria Evaluasi
1)      Klien dapat menyebutkan minimal dua aspek positif fisiknya.
2)      Klien dapat menyebutkan minimal dua aspek posif intelektualnya.
3)      Klien dapat menyebutkan minimal dua kegiatan yang dapat dilakukan dirumah dan di rumah sakit.
4)      Klien dapat menjelaskan masalah yang dihadapi.
5)      Klien dapat menyebutkan koping yang digunakan.
6)      Klien dapat menjelaskan keefektifan koping yang digunakan.
7)      Klien dapat memutuskan rencana kegiatan yang akan dilakukan secara bertahap.
8)      Klien dapat menjelaskan masalah yang dihadapi.
9)      Klien dapat menyebutkan koping yang digunakan.
10)  Klien dapat mendemonstrasikan kembali kegiatan yang telah dicontohkan.
11)  Klien dapat menyebutkan manfaat kegiatan yang telah dilakukan.
12)  Klien dapat memamfaatkan keluarga.
13)  Klien dapat memfaatkan sarana/fasilitasikesehatan.
14)  Klien dapat memfaatkan sarana yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.
Fokus tindakan adalah untuk mendorong klien memahami dirinya secara utuh sehingga ia mampu menggali kemampuan yang dimiliki dan menggunakannya untuk mencapai perilaku yang konstruktif. Prinsip asuhan keperawatan yangdiberikan adalah masalah yang terlihat dari peningkatan kemampuan klien yang terdiri dari 5 tingkat:
a.       Membangun keterbukaan dan hubungan saling percaya, dengan cara:
1)      Tawarkan penerimaan tak bersyarat/tidak kaku.
2)      Dengarkan klien.
3)      Dorong klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaan.
4)      Berespons pada klien dengan tidak menghakimi.
5)      Tunjukkan pada klien bahwa klien adalah individu yang berharga yang bertanggung jawab terhadap dirinya dan dapat membantu diri sendiri.
b.      Bekerja pada klien pada tingkat kemampuan yang dimilikinya, dengan cara:
1)      Identifikasi kemampuan yang dimiliki klien.
2)      Mudi dengan penegasan identitasnya.
3)      Memberikan tindakan yang mendukung untuk menurunkan tingkat kecemasannya.
4)      Dekati klien dengan cara tanpa diminta.
5)      Terima dan usahakan untuk klarifikasi komonikasi verbal dan nonverbal.
6)      Cegah klien untuk mengisolasi diri.
7)      Ciptakan kegiatan rutin yang sederhana pada klien.
8)      Buat batasan pada perilaku yang tidak sesuai.
9)      Orientasikan klien ke realita.
10)  Dorong untuk melakukan perilaku yang tepat dan beri pujian dan pengakuan.
11)  Bantu dalam melakukan kebersihan perseorangan dan penampilan diri.
12)  Dorong klien untuk merawat diri sendiri.
c.       Memaksimalkan peran serta klien dalam hubungan terapeutik dengan cara:
1)      Tingkatkan secara bertahap partisipasi klien dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.
2)      Tunjukkan pada klien adalah orang yang bertanggung jawab.
d.      Menyelidiki/eksplorasi diri (self exploration)
Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara:
1)       Membantu klien untuk menerima pikiran dan perasaannya.
2)      Dorong klien untuk mengeksplorasikan emosi, keyakinan, perilaku, dan pikiran secara verbal dan non verbal.
3)      Gunakan keterampilan komonikasi terapeutik dan respons empati.
4)      Observasi dan catat pikiran yang logis dan tidak logis serta respons emosionalmnya.
e.       Membantu klien mengklarikasi konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain melalui keterbukaan:
1)      Dapat persepsinya tentang kekuatan dan kelemahannya.
2)      Bantu klien untuk menggambarkan ideal dirinya.
3)      Identifikasi kritik tentang dirinya.
4)      Bantu klien untuk menggambarkan hubungan dengan orang lain.
f.       Menyadari dan memiliki kendali terhadap perasaan anda (perawat):
1)      Terbuka pada perasaan sendiri.
2)      Gunakan diri secara terapeutik.
3)      Berbagi perasaan dengan klien.
4)      Verbalisasi bagaimana perasaan porang lain.
5)      Bercermin pada persepsi dan perasaan klien.
g.      Berespon empati bukan simpati dan tekanan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien:
1)      Gunakan respons empati, evaluasi diri tentang simpati.
2)      Menggunakan klien bahwa ia mempunyai kekuatan untuk memecahkan masalahnya.
3)      Beritahukan pada klien bahwa ia bertanggung jawab terhadap perilakunya termasuk respons koping adaptif dan meladaptive.
4)      Diskusi cakupan pilihan, area kekuatan dan sumber-sumber koping yang tersedia untuk klien.
5)      Gunakan sistem pendukung dari keluarga dan kelompok untuk memfasilitasi penyelidikan diri klien.
6)      Bantu klien untuk mengenali sifat dari konflik dan cara meladaptive yang dilakukan klien untuk mengatasinya.
h.      Mengevaluasi diri (self evaluati)
Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara:
1.      Bantu klien untuk menjabarkan masalahnya secara jelas:
a)      Identifikasi stressor yang relevan dengan klien dan bagaiman penilaian klien.
b)      Klarifikasi pada klien bahwa keyakinannya mempengaruhi perasaan dan perilakunya.
c)      Bersam-sama identifikasi keyakinan yang salah, ilusi, persepsi yang salah dan tujuan yang tidak realistis.
d)     Bersama-sama identifikasi area kekuatan klien dan tempatkan keseuksesan dan kegagalan dalam perepsi yang sesuai.
e)      Gali sumber koping yang dimiliki klien.
2.      Gali respons koping adaptif dan meladaptive klien terhadap masalah yang diharapkan.
a)      Gambarkan pada klien bahwa koping bebas dipilih dan memiliki konsekuensi positif dan negatif.
b)      Bedakan respons adaptif dan maladaptive.
c)      Bersama-sama mengidentifikasi kerugikan dari respons maladaptive klien.
d)     Diskusikan akibat respons klien yang meladaptive.
e)      Gunakan berbagai tehnik komonikasi teraputik yang bervariasi:
1)      Fasilitasi adalah membantu klien dengan cara mendengarkan aktif, memberikan respons, menerima dan mau memahami sehingga mendorong klien untuk berbicara secara terbuka tentang dirinya.
2)      Konfrontasi.
3)      Klarifikasi.
4)      Psikodrama, adalah metode drama khusu yang mengali hgubungan-hubungan antar individu, konflik-konflik dan masalah-masalah emosional yang digunakan untuk memperbaiki kepribadian seseorang.
5)      Analisis proses interaksi, adalah kegiatan menganalisis diri sendiri dan orang lain meliputi verbal, non verbal, serta perasaan selama proses interaksi interpersonal berlangsung.
i.        Perenncanaan yang realistik (realistic planning)
1.      Bantu klien untuk mengedentifikasi alternatif pemecahan.
2.      Bantu klien memahami bahwa hanya dia yang mampu mengunbah dirinya bukan orang lain.
3.      Jika klien mempunyai persepsi yang tidak konsisten, bantu dia melihat bahwa ia dapat berubah, sebagi berikut:
4.      Keyakinan dan idealnya dapat membawa dia pada kenyataan.
5.      Lingkungan untuk membuat konsisten dengan keyakinannya.
6.      Jika konsep diri tidak konsisten dengan perilakunya, ia dapat merubah:
a)      Perilakunya disesuaikan dengan konsep dirinya.
b)      Keyakinan yang mendasari konsep dirinya disesuaikan dengan perilaku.
c)      Ideal dirinya.
d)     Bersama-sama mengulas bagaimana sumber koping dapat lebih baik digunakan klien.
j.        Bantu klien mengembangkan tujuan yang realistis:
1.      Dorong klien untuk merumuskan tujuannya sendiri (bukan tujuan perawat)
2.      Bersama-sama mendiskusikan konsekuensi emosi, praktiknya dan berdasarkan realita dari setiap tujuan.
3.      Bantu klien untuk menetapkan perubahan kongkret yang diharapkan.
4.      Dorong klien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang secara potensial.
5.      Gunakan bermain peran, model peran dan visualisasi bila perlu.
k.      Pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan (commitment to action)
Bantu klien melakukian tindakan yang diperlukan untuk mengubah respons koping meladaptive dan mempertahankan respons koping yang adaptif:
1.      Fasilitasi klesempatan untuk sukses.
2.      Kuatkan dan beri pengakuan pada kekuatan, keterampilan dan aspek yang sehat dari kepribadian klien.
3.      Bantu klien untuk mendapatkan bantuan yang di perlukan.
4.      Pakai kelompok yang dapat memberi harga diri pada klien.
5.      Tingkatkan perbedaan diri pada klien di dalam keluarga, klien merasakian sebagai individu yang unik.
6.      Beri waktu yang cukup untuk berubah.
7.      Sediakan dukungan yang cukup dan reinforcement positif pada klien untuk membantu mempertahankan kemampuannya.
Rencana Penyuluhan Pasien
Isi
Aktivitas instruksional
Evaluasi
Definisi konsep tentang perbedaan diri pada dalam keluarga asal individu
Batas pebedaan antara tingkat perbedaan diri yang tinggi dan rendah. Minta pasien
Pasien mengedentifikasi tingkat fungsi keluarga asalnya.
Uraikan karateristik penyatuan emosi, jalan pintas emosi dan trigualisasi.
Mengidentifikasi tingkat funfsi antara anggota keluarga
Pasien menguraikan pola keluarga sendiri
Bahas peran pembentukan dan pembawa gejala dalam keluarga
Analisis jenis dan pola hubungan keluarga
Pasien mengidentifikasi peran dan perilakunya
Uraikan genogram keluarga dan perlihatkan bagaimana cara membuatnya.
Gunakan kertas dan pensil untuk menggambarkan diagram pola keluarga
Pasien mengenali kontribusi keluarga terhadap stress yang dialami anggota keluarga
Analisis kebutuhan sesuai objektivitas dan tanggung jawab untuk mengubah perilaku sendiri dan bukan perilaku orang lain.
Buat pasien agar peka terhadap dinamika dan menifestasi stress.
Pasien meghubungi anggota keluarga

Dukung komonikasi keluarga
Pasien memperoleh informasi yang sesungguhnya tentang keluarga

Gunakan papan tulis untuk menggambar genogram keluarga
Pasien menyusun genogram keluarga

Tugaskan genogram keluarga

Bermain peran interaksi dengan berbagai anggota keluarga
Pasien menunjukkan tingkat perbedaan yang tinggi dari keluarga asalnya

Dukung uji coba cara berteraksi yang baru dengan anggota keluarga

2.6  Tindakan Terhadap Perubahan Konsep Diri
Interversal keperawatan membantu pasien memberi penilaian kognitif dirinya terhadap situasi yang berhubungan dengan perasaan untuk membantu pasien meningkatkan pertanyaan diri dan kemudian melakukan tindakan untuk mengubah perilaku. Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan tingkat intervensi yang progresif, sebagai berikut:
1.      Meluaskan kesadaran diri
2.      Eksplorasi diri
3.      Evaluasi diri
4.      Perencanaan yang realistis
5.      Kometmen terhadap tindakan

Intervensi Keperawatan
Prinsip
Rasional
Intervensi keperawatan
Tingakat 1:

Bina hubungan terbuka, saling percaya





Bekerja dengan pasien bagaimanapun kekuatan egonya







Maksimalkan peran serta pasien dalam hubungan terapeutik
Tujuan: meluaskan kesadarandiri pasien
1.    Kurangi ancaman yang terlihat dalam sikap terhadap pasien; bantu pasien untuk meluaskan dan menerima semua aspek kepribadian’
2.    Kekuatan ego tingkat tertentu, seperti kapasitas untuk uji realitas, kontrol diri, atau tingkat integritas ego, dibutuhkan sebagai dasar asuhan keperawatan kenudiaan.
3.    Timbal balik di perilaku bagi pasien untuk merima tangguang jawab terhadap perilaku respons kopingnya yang maladaptirf

Tawarkan penerimaan tanpa syarat
1.    Dengarkan pasien
2.    Dukung pembahasan tentang pikiran dan perasaan pasien
3.    Berespon tanpa berdakwa
4.    Sampaikan bahwa pasien adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
5.    Identifikasi kekuatan ego pasien
6.    Pedoman dengan pasien dengan sumber ego yang terbatas:
·      Mulai dengan meyekinkan identitas pasien
·      Berikan dukungan untuk mengurangi tingkat ansietas panic
·      Dekat pasien dengan cara tidak menuntut
·      Terima dan upayakan klarifikasi komonikasi verbal 
·      Cegah pasien dengan pengisolasian diri
·      Bina rutinitas pasien yang sederhana bagi pasien
·      Tetapankan batasan untuk perilaku yang tidak tepat
·      Orientasi pasien terhadap realitas
·      Kuatkan perilaku yang sesuai
·      Tingkat5kan aktivitas dan tugas yang dapat memberikan pengalamn positif secara terhadap
·      Bantu dalam kebersihan dan kecantikan diri
·      Dukungn pasien dalam asuhan mandiri
7.    Tingkat peran serta pasien secara bertahap dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan asuhan dirinya.
8.    Sampaikan bahwa pasien individu yang bertanggung jawab
Tingkat 2:

1.      Bantu pasien untuk menerima perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya.
2.      Bantu pasien mengklarifikasi konsep diri dan hubungan dengan orang lain melalui pengungkapan diri
3.      Waspada dan kendalikan perasaan anda sendiri





4.      Berespons empatik, bukan simpatik, tekankah bahwa kekutan untuk berubah berada pada pasien
Tujuan: mendukung eksplorasi diri pasien dengan menunjukkan minat dan penerimaan terhadap perasaan dan pikiran pasien, perawat membantu pasien untuk melakukan yang sama.
Pengungkapan diri dan pemahaman terhadap persepsi diri di pelukan untuk membawa perubahan yang akan datang, pengungkapan diri dapat mengurangi ansietas.
Kesadaran diri memungkinkan perawat memberi model perilaku autentik dan membatasipengaruh negatif kontertransferensdalam hubungan.
Simpati dapat menimbulkan rasa kasien pasien, sebaliknya, perawat harus mengkomonikasikan bahwa situasi kehidupan pasien memerlukan kendali diri.
1.    Dukung ekspresi emosi, keyakinan, perilaku, dan pikiran pasien secara verbal, nonverbal, simbolik, atau langsung.
2.    Gunakan keterampilan komonikasi terapeutik dan respon empati.
3.     Cara penggunaan pemikiran logic dan tidak logic pasien serta laporkan dan amati respon pasiennya.
4.    Bangkitkian persepsi pasien tentang kelebihan dan kekurangan diri yang dimili.
5.    Bantu pasien untuk menguraikan ideal diri
6.    Identifikasi kritik diri pasien.
7.    Bantu pasien untuk menguraikan keyakinan tentang bagimana ia berhubungan dengan oraqn lain dan dengan peristiwa.
8.    Terbuka terhadap perasaan perasaan anda sendiri
9.    Terima perasaan positif dan negatif.
·           Gunakan diri secara terapeutik denga;
·           Berbagi perasan anda dengan pasien
·           Mengungkapkan tentan apa yang mungkin orang lain rasakan
10.    Mencerminkan persepsi anda terhadap perasan pasien.
11.    Gunakan respons empatik dan pantau diri anda terhadap perasaan simpati atau kasihan.
12.    Tegaskan bahwa pasien bukan tidak berdaya atau tak kuasa dalam menghadapi masalah.
13.    Tunjukkan pada pasien baik sewcara verbal maupun mel;alui perilaku bahwa pasien bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri, termasuk memilih respons koping yang adaptif dan maladaptive.
14.    Gunakan sisten pendukung diri keluarga dan kelompok untuk memfasilitasi eksplorasi diri pasien.
15.    Bantu pasien dalam mengenali, sifat konflik dan respons koping meladaptif.
Tingkat 3:

1.    Bantu pasien untuk menjabarkan masalah secara jelas
2.    Gali respons adaptif dan maladaptive pasienterhadap masalah.
Tujuan: membantu evaluasi pasien
1.    Hanya setelah masalah dijabarkan dengan benar, pilihan alternative dapat diusulkan.
2.    Penggalian koping tersebut penting untuk memeriksa pilihan koping pasien dan mengevaluasi akibat positif dan negatif
1.        Identifikasi stressor  yang relevan dan penilain pasien terhadap stressor
2.        Klarifikasi bahwa keyakinan pasien mempengaruhi perasaan dan perilakunya
3.        Identifikasi bersama yang salah, persepsi yang tidak benar, ilusi dan tujuan yang tidak realistic.
4.        Identifikasi bersama area kekuatan.
5.        Tempatkan konsep keberhasilan dan kegagalan dalam pandangan yang sesuai
6.        Uraikan kepada pasien bahwa semua respons koping dapat di pilih dan mempunyai akibat baik positif maupun negatif
7.        Bandingkan respons adaptif dan maladaptive
8.        Identifikasi bersama kerugian respons koping yang maladaptive
9.        Identifikasi bersama keringian atau, “hasil” respons adaptif.
10.    Bahs bagaimana hasil tersebut mendukung penggunaan respons koping adaptif selanjutnya
11.    Gunakan berbagai keterampilan terapeutik, seperti:
·      Komonikasi fasilitatif
·      Konfrontasi suportif
·      Klarifikasi peran
·      Reaksi transferens dan kontertransferens dalam hubungan perawat-pasien.
·      psikodrama
Tingkat 4:



1.    bantu pasien mengdentifikasi sosial alternative



2.    bantu pasien mengkonsep sualisasi tujuan yang realistic.
Tujuan: membantu pasien dalam merumuskan rencana tindakan yang realistik.
1.    Hanya setelah semua alternative yang memungkinkan di evaluasi baru dapat terjadi suatu perubahan.
2.    Penetapan tujuan harus mencakup jabatan yang jelas tentang perubahan yang di harapkan
1.        Bantu pasien maemahami bahwa hanya dia yang dapat mengubah dirinya, bukan orang lain.
2.        Jika pasien berpegang pada persepsi yang tidak konsisten, bantu pasien untuk melihat bahwa dia dapat mengubah:
·      Keyakunan atu ideal mendekati suatu kenyataan.
·      Lingkungan membuatnya konsisten dengan keyakinan pasien.
3.        Jika konsep diri tidak konsisten dengan perilaku, pasien dapat mengubah:
·      Perilaku yang sesuai dengan konsep diri
·      Keyakinan yang melatar belakangi konsep diri termasuk perilaku
·      Ideal diri
4.        Dorong pasien untuk merumuskan tujuan sendiri (bukan tujuan anda)
5.        Bahas bersama konsekuensi yang bersifat emosional, pratikal dan realistik dari tiap tujuan
6.        Bantu pasien untuk menjabarkan secara jelas perubahan konkrit yang diinginkan
7.        Gunakan latihan peran, contoh peran, permainan peran, dan visualisai jika sesuai.
Tahap 5:
1.    Bantu pasien melakukan tindakan yang di perlukan untuk mengubah respos koping maladaptive dan mempertahankan respons dengan yang lebih adaptif.
Tujuan: membantu pasien agar tertekad untuk membuat keputusan dan mencapai tujuan sendiri
Tujuan utama dalam meningkatkan penghayatan adalah membantu pasien mengalami respons koping yang maladaptive dengan yang lebih adaptif.
1.      Berikan kesempatankepada pasien untuk mengalami suatu keberhasilan
2.      Dukung kekuatan, keterampilan, dan aspek yang sehat dari kepribadian pasien
3.      Dukung pasien untuk meningkatkan harga diri pasien
4.      Gunakan kelompokmuntuk meningkatkan harga diri pasien
5.      Tingkatkan perbedaan diri pasien dalam keluarga
6.      Beri pasien yang cukup untuk berubah
7.      Beri sejumlah dukungan yang sesuai dan positif untuk membantu pasien mempertahankan kemajuannya.


















Bab III
Penutup
3.1    Kesimpulan
Konsep diri merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan – tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut. Terdapat 5 komponen konsep diri yaitu identitas diri dimana memandang diri berbeda dengan orang lain, gambaran diri dimana persepsi tentang diri kita bukan penilaian orang lain, harga diri yang berupa penilaian dirinya , ideal diri yaitu harapan individu terhadap dirinya yang akan dinilai oleh personal lain dan peran merupakan pola sikap, perilaku, posisi di masyarakat atau fungsi dirinya baik di lingkungan masyarakat, keluarga atau komunitas.















Daftar pustaka
Suhron, muhammad. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Self Esteen.. Jakarta: Mitra Wacana Media.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar