Bab
I
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dalam proses
kehidupannya, mulai dari lahir hingga mencapai titik kedewasaannya. Sehingga di
dalam diri setiap individu terdapat berbagai macam cara identifikasi serta perubahan
melalui proses yang berbeda pula dan diharapkan menuju arah yang lebih baik. Di
dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara satu individu dengan individu
lainnya dan dari identifikasi tersebut didapatkan pola tingkah laku dari hasil
pemikiran yang panjang.
Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita
terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk
konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak
hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri.
Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks
dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri
dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak variable.
Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri dan
peran.
Konsep
diri seseorang dinyatakan
melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia
sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya
menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung
tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama
lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat
meningkatka konsep diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri
yang negatif akan menimbulkan keputusasaan.
Maka disini kami akan memaparkan tentang konsep diri dalam keperawatan yang
nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung
komponen-komponen konsep diri, faktor pengaruh konsep diri, dan proses
keperawatan dalam konsep diri.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa pengertian
dari konsep diri?
1.2.2
Bagaimana
komponen konsep diri?
1.2.3
Bagaimana
diagnosa keperawatan dan diagnosa medik yang terkait dengan gangguan konsep
diri menurut NANDA?
1.2.4
Bagaimana
diagnosa medis yang terkait dengan gangguan konsep konsep diri?
1.2.5
Bagaimana
rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi klien dengan gangguan konsep
diri?
1.2.6
Bagaimana
tindakan terhadap perubahan konsep diri?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk
mengetahui pengertian dari konsep diri
1.3.2
Untuk
mengetahui komponen konsep diri?
1.3.3
Untuk mengetahui
diagnosa keperawatan dan diagnosa medik yang terkait dengan gangguan konsep
diri menurut NANDA
1.3.4
Untuk
mengetahui diagnosa medis yang terkait dengan gangguan konsep konsep diri
1.3.5
Untuk
mengetahui rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi klien dengan
gangguan konsep diri
1.3.6
Untuk
mengetahui tindakan terhadap perubahan konsep diri
1.4
Manfaat
1.4.1
Mengetahui
pengertein konsep diri dan komponennya
1.4.2
Mengetahui
diagnosa medis dan diagnosa keperawatan pada konsep diri
1.4.3
Mengetahui
cara penulisan Asuhan Keperawatan masalah konsep diri
1.4.4
Mengetahui
tindakan yang akan dilakukan mengenai perubahan konsep diri
Bab
II
Isi
2.1 Pengertian Konsep Diri
Secara
umum, konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu “self concept” merupakan
suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana
seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan –
tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut. Secara keseluruhan
berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara
seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran,
kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, dan kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
(Stuart dan Sundeen, 1998).

Konsep
diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual (Beck, Willian, dan Rawlin, 1986).
1.
Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah
pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman yang nyata yang sukses dan diterima.
2.
Konsep Diri Ponsitif
Konsep diri positif
apabial individu memili pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.
3.
Harga Diri Rendah
Kekacauan identitas
adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kebribadian pada masa dewasa
yang harmonis.
4.
Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah
perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
memperbedakan dirinya dengan orang lain.
2.1.1
Dimensi
Konsep Diri
Dimensi
konsep diri (Fitts, 1971), Hall dan Lindzey (Fitts, 1971) menjelaskan bahwa
dalam dimensi internal self dipandang sebagai objek dan sebagai suatu proses.
Pada waktu seseorang berpikir, mempresepsi, dan melakukan aktivitas, maka self berperan sebagai proses. Sedangkan
bagaimana sikap, perasaan, presepsi dan evaluasi dipikirkan self sebagai objek. Dalam hal ini self merupakan satu kesatuan yang
terdiri dari proses-proses aktif seperti berpikir, mengingat, dan mengamati
(Kelliat, 2003)
1
Pengatuhsn tentang diri andan adalah
gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa diri anda, misalnya jenis kelamin,
penampilan.
2
Pengharapan bagi anda adalah gagasan
anda tentang kemungkinan menjadi apa diri anda kelak.
3
Penilaian terhadap diri anda, adalah
pengukuran anda tentang keadaan anda dibandingkan dengan apa yang seharusnya
terjadi pada diri anda, hasil pengukuran tersebut adalah rasa harga diri.
Konsep diri memiliki
dua kecondongan, yaitu?
a.
Konsep
Diri Negatif
Konsep diri negatif adalah
penilaian negatif terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu mencapai sesuatu
yang berharga, sehingga menuntun diri ke arah kelemahan dan emosional yang
dapat menimbulkan keangkuhan serta keegoisan yang menciptakan sesuatu
penghancuran diri.
b.
Konsep
Diri Positif
Merupakan penilaian positif serta
mengenali diri sendiri secara baik, mengarah kekerendahan hati dan kedermawanan
sehingga ia mampu menyimpan informasi tentang diri sendiri, baik informasi
positif
2.2 Komponen Konsep Diri
Konsep
diri didenifisikan secara berbeda oleh para ahli. Seifert dan Hoffnung (1994),
misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatub pemahaman mengenai diri
ataui tengtang konsep diri. “Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri
mengacupada evaluasi biodang tertentu dari konsep diri. Sementara itu, Atwater
(1987) menyebutkan bahwa kopnsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai
yang berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater mengedentifikasikan
konsep diri atas tiga bentuk.
Konsep
diri terdiri dari 5 komponen:
Identitas diri
![]() |
Harga
diri



Peran
Ideal diri
1. Identitas
diri
Menurut Stuart dan
Sundeen (1991), identitas adalah kesadaran akan diri yang bersumber dari obsesi
dan penilaian yang merupakan sistesa deari semua aspek konsep diri sebagai
suatu kesatuan yang utuh. Identitas juga bercermin pada yang lain (the other), yang tidak bisa terlepas
dari pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas manusia selama hidupnya di
cerminkan oleh seperangkat opini orang lain. Keunuikan setiap individu
sekaligus adalah kekuatan diri dan kelemahannya, kakuaytan karena dengan
memahami keunikan itu kita tidak tergoyahkan oleh penafsiran yang lain,
kelemahannya adalah ketika kita berupaya untyuk mengukuhkan identitas tersebut.
Identitas berkembang
sejak masa kanak-kanak, yang dipoengaruhi oleh pandangan dan perlakuan
lingkungan.
Ciri-ciri individu
dengan perasaan yang identitas positif
dan kuat:
a. Memandang
diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
b. Memiliki
kemandirian, mengerti dan percayua diri, yang timbul dari perasaan berharga,
berkemampuan suatu kesela dan dapat menguasai diri.
c. Mengenal
diri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain.
d. Mengakui
jenis kelamin sendiri.
e. Memandang
berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
2. Gambaran
diri
Pandangan atau persepsi
tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang lain tahap dirinya. Siakp
seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar (Stuart dan Sundeen,
1991)
a. Siakp
tersewbut mencakup: persepsi dan pertasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi,
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu setiap perubahan tubuh atau
berpengaruh terhadap kehidupan individu.
b. Sejak
lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima reaksi diri tubuhnya
dan menerima stimulus dari orang lain, semakkin sadar dirinya terpisah dari
lingkungan “usia remaja, fokus individu terhadap fisik lebih menonjol”.
c. Gambaran
diri berhubungan erat dengan kepribadian, cara individu memandang diri
berdampak penting pada aspek psikologinya, individu yang berpandangan realistis
terhadap diri, menerima, menyukai bagian tubuh akan memberi rasa cemas, dan
meningkatkan harga diri individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap
gambaran diri akan memiliki kemampuan yang mantap terhadap realisasi sehingga
memacu sukses dalam hidup.
3. Harga
diri
Berupa penilaian atau
evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik internal maupun aksternal
yang merupakan proses pencapaian ideal diri. Harga diri terkait dengan berbagai
hal yang berperan vital, di antaranya:
a. Kualitas
emosi
b. Aktualisasi
diri
c. Kepercayaan
diri
Coopersmith
(Stuart dan Sudeen, 1991)
4. Ideal
diri
Suatu yang kita
harapkan individu terhadap dirinya yang akan dinilai oleh personal lain.
Persepsi individu tentang bagaiman ia haruis berprilaku sesuai dengan standar
pribadi Stuart dan Sundeen, (1991) yaitu:
a. Standar
tersebut berhubungan dengan tipe orang, tentang yang diinginkan sejumlah
aspirasi, cita-cita yang ingin di capai.
b. Ideal
diri dan berpengaruh terhadap perwujudan dan cita-cita, harapan pribadi
berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin lakukan.
c. Mulai
berkembang pada masa kanak-kanak dan di pengaruhi oleh orang penting pada
dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan. Pada usia remaja ideal diri
terbentuk melaluoi proses identifikasi/memperhatikan.
d. Kejadiannya
yang terjadi dalam dirinya, serta dapat memilih dan menyesuaikan diri
e. Faktor
yang berpengaruh terhadap ideal diri:
1) Kecenderungan
individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.
2) Budaya,
standar inio dibandingkan denganstandar kelompok teman.
3) Ambisi
dan keinginan untuk lebih dan berhasil, kebutuhan yang realistic, keinginan
untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dsan rendah diri.
4) Ideal
diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi dari
kemampuan sehingga tetap menjadi pendorong dan masih dapat di capai serta tidak
frustasi.
5. Peran
Merupakan pola sikap,
perilaku, posisi, di masyarakat atau fungsi dirinya baik di lingkungan
masyarakat, keluarga, atau komonitas. Peran merupakan pola sikap, perilaku,
nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
masyarakat. Peran dalam kehidupan dijalani dengan kabar dan konsekuesinya,
peran yang baik adalah peran yang tak menyalahi atuiran yang benar, memenuhi
kebutuhan dan sinkron dengan ideal diri. Peran sosial, merupakan hubuingan
antara satu individu dengan individu lainnya, terkait dengan etnik, budaya dan
agama karena pada dasarnya masing-masing diri memiliki berbagai identitas diri
yang berbeda (multiple selfes).
2.3 Diagnosis Keperawatan Dan Diagnosis
Medik Yang Terkait Dengan Gangguan Konsep Diri (Nanda Nursing Diagnoses:
Definition And Clasification), Philadelphia, 1994
The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) didirikan sebagai badan
formal untuik meningkatkan, mengkaji kembali deengan mengesahkan daftar terbaru
dari diagnosis keperawatan yang digunakan oleh perawat praktisi termasuk dalam
asuhan yang berhubungan dengan asuhan kleperawatan jiwa antara lain:
1. Penyesuaian,
kerusakan
2. Ansietas
3. Gangguan
citra tubuh
4. Komonikasi,
kerusakan verbal
5. Koping,
individu tidak efektif
6. Gangguan
penyaluran diri
7. Berduka,
disfungsi
8. Keputussaan
9. Gangguan
identitas personal
10. Ketidakberdayaan
11. Penampilan
peran, perubahan
12. Defisit
perawat diri
13. Gangguan
harga diri
14. Perubahan
persepsi sensori
15. Pola
seksualitas, perubahan
16. Internalsosial,
kerusakan
17. Isolasi
sosial
18. Distress
spiritual
19. Kesejahteraan
spiritual, potensi untuk ditingkatkan
20. Proses
pikir, perubahan
21. Amuk,
risiko terhadap
22. Gangguan
harga diri rendah
2.4 Diagnosa Medis Yang Terkait Dengan
Gangguan Konsep Diri
Menurut American
Psychiatric Association: Diagnostic and statistical manual of mental disorder,
ed 4, Washington, Dc, 1994.
Diagnosa
medis DSM-IV yang berhubungan dengan respons konsep diri
|
|
Diagnosis
DSM-IV
|
Gambaran
penting
|
Masalah identitas
|
Keridak pastian
tentang banyak masalah yang terkait dengan identitas seperti tujuan jangka
panjang, pilihan karir, pola persahabatan, orientasi dan perilaku seksual,
nilai moral dan loyalitas kelompok
|
Amnesia Disosiatif
|
Gangguan yang utama
yaitu adanya satu atau lebih episode ketidak mampuan untuk mengikat kembali
informasi personal yang penting, biasanya bersifat traumatis atau
menimbulkan stress, yang terlalu
ekstensif untuk dijelaskan oleh seorang yang asalnya pelupa.
|
Fuga Disosiatif
|
Gangguan utama
terjadi secara tiba-tiba, melakukan perjalanan jauh dari rumah atau ke tempat
biasa bekerja tanpa direncanakan, dengan ketidak mampuan untuk mengikat yang
lalu. Bingung dengan identitas personal atau mengasumi identitas baru.
|
Identitas Disosiatif
(kelainan kepribadian ganda)
|
Adanya dua atau lebih
identitas atau keadaan kepribadian mempunyai pola persepsi, berhubungan, dan
berpikirtentang diri sendiri dan lingkungan yang berbeda. Sedikitnya dua
identitas atau keadaan kepribadian mengendalikan perilaku seseorang. Ketidak
mampuan untuk mengikat informasi personal yang terlalu ekstensif untuk
dijelaskan oleh seorang yang asalnya biasa.
|
Kelainan
Depersonalisasi
|
Pengalaman yang
timbul kembali atau menetap berupa perasaan terpisah dari proses kejiwaan
atau tubuh seseorang, dan sepertinya berada dalam posisi pengamat (misal:
perasaan sedang bermimpi). Selama mengalami dipersonalisasi, uji realistis
tetap utuh. Depersonalisasi menyebabkan disterss klinis atau kerusakan fungsi
yang bermakna.
|
2.5 Rencana Keperawatan, Implementasi,
dan Evaluasi klien Dengan Gangguan konsep Diri
2.5.1
Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan
adalah penyusunan keperawatan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
a. Tujuan
Umum
Klien dapat berhungan
dengan orang lain secara bertahap.
b. Tujuan
Khusus
1) Klien
dapat mengindetifikasi kemampuan yang dimiliki.
2) Klian
dapat menilai kemampuan diri yang dapat digunakan.
3) Klien
dapat mebuat rencana sesuai dengan kemampuan yang dimilik.
4) Klien
dapat melaksanakan kegiatan sesuai jadwal secara bertahap.
5) Klien
dapat memfaatkan sistem pendukung yang ada.
c. Kriteria
Evaluasi
1) Klien
dapat menyebutkan minimal dua aspek positif fisiknya.
2) Klien
dapat menyebutkan minimal dua aspek posif intelektualnya.
3) Klien
dapat menyebutkan minimal dua kegiatan yang dapat dilakukan dirumah dan di
rumah sakit.
4) Klien
dapat menjelaskan masalah yang dihadapi.
5) Klien
dapat menyebutkan koping yang digunakan.
6) Klien
dapat menjelaskan keefektifan koping yang digunakan.
7) Klien
dapat memutuskan rencana kegiatan yang akan dilakukan secara bertahap.
8) Klien
dapat menjelaskan masalah yang dihadapi.
9) Klien
dapat menyebutkan koping yang digunakan.
10) Klien
dapat mendemonstrasikan kembali kegiatan yang telah dicontohkan.
11) Klien
dapat menyebutkan manfaat kegiatan yang telah dilakukan.
12) Klien
dapat memamfaatkan keluarga.
13) Klien
dapat memfaatkan sarana/fasilitasikesehatan.
14) Klien
dapat memfaatkan sarana yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.
Fokus
tindakan adalah untuk mendorong klien memahami dirinya secara utuh sehingga ia
mampu menggali kemampuan yang dimiliki dan menggunakannya untuk mencapai
perilaku yang konstruktif. Prinsip asuhan keperawatan yangdiberikan adalah
masalah yang terlihat dari peningkatan kemampuan klien yang terdiri dari 5
tingkat:
a. Membangun
keterbukaan dan hubungan saling percaya, dengan cara:
1) Tawarkan
penerimaan tak bersyarat/tidak kaku.
2) Dengarkan
klien.
3) Dorong
klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaan.
4) Berespons
pada klien dengan tidak menghakimi.
5) Tunjukkan
pada klien bahwa klien adalah individu yang berharga yang bertanggung jawab
terhadap dirinya dan dapat membantu diri sendiri.
b. Bekerja
pada klien pada tingkat kemampuan yang dimilikinya, dengan cara:
1) Identifikasi
kemampuan yang dimiliki klien.
2) Mudi
dengan penegasan identitasnya.
3) Memberikan
tindakan yang mendukung untuk menurunkan tingkat kecemasannya.
4) Dekati
klien dengan cara tanpa diminta.
5) Terima
dan usahakan untuk klarifikasi komonikasi verbal dan nonverbal.
6) Cegah
klien untuk mengisolasi diri.
7) Ciptakan
kegiatan rutin yang sederhana pada klien.
8) Buat
batasan pada perilaku yang tidak sesuai.
9) Orientasikan
klien ke realita.
10) Dorong
untuk melakukan perilaku yang tepat dan beri pujian dan pengakuan.
11) Bantu
dalam melakukan kebersihan perseorangan dan penampilan diri.
12) Dorong
klien untuk merawat diri sendiri.
c. Memaksimalkan
peran serta klien dalam hubungan terapeutik dengan cara:
1) Tingkatkan
secara bertahap partisipasi klien dalam mengambil keputusan yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan.
2) Tunjukkan
pada klien adalah orang yang bertanggung jawab.
d. Menyelidiki/eksplorasi
diri (self exploration)
Tindakan ini dapat dilakukan dengan
cara:
1) Membantu klien untuk menerima pikiran dan
perasaannya.
2) Dorong
klien untuk mengeksplorasikan emosi, keyakinan, perilaku, dan pikiran secara
verbal dan non verbal.
3) Gunakan
keterampilan komonikasi terapeutik dan respons empati.
4) Observasi
dan catat pikiran yang logis dan tidak logis serta respons emosionalmnya.
e. Membantu
klien mengklarikasi konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain melalui
keterbukaan:
1) Dapat
persepsinya tentang kekuatan dan kelemahannya.
2) Bantu
klien untuk menggambarkan ideal dirinya.
3) Identifikasi
kritik tentang dirinya.
4) Bantu
klien untuk menggambarkan hubungan dengan orang lain.
f. Menyadari
dan memiliki kendali terhadap perasaan anda (perawat):
1) Terbuka
pada perasaan sendiri.
2) Gunakan
diri secara terapeutik.
3) Berbagi
perasaan dengan klien.
4) Verbalisasi
bagaimana perasaan porang lain.
5) Bercermin
pada persepsi dan perasaan klien.
g. Berespon
empati bukan simpati dan tekanan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien:
1) Gunakan
respons empati, evaluasi diri tentang simpati.
2) Menggunakan
klien bahwa ia mempunyai kekuatan untuk memecahkan masalahnya.
3) Beritahukan
pada klien bahwa ia bertanggung jawab terhadap perilakunya termasuk respons
koping adaptif dan meladaptive.
4) Diskusi
cakupan pilihan, area kekuatan dan sumber-sumber koping yang tersedia untuk
klien.
5) Gunakan
sistem pendukung dari keluarga dan kelompok untuk memfasilitasi penyelidikan
diri klien.
6) Bantu
klien untuk mengenali sifat dari konflik dan cara meladaptive yang dilakukan
klien untuk mengatasinya.
h. Mengevaluasi
diri (self evaluati)
Tindakan ini dapat dilakukan dengan
cara:
1. Bantu
klien untuk menjabarkan masalahnya secara jelas:
a) Identifikasi
stressor yang relevan dengan klien
dan bagaiman penilaian klien.
b) Klarifikasi
pada klien bahwa keyakinannya mempengaruhi perasaan dan perilakunya.
c) Bersam-sama
identifikasi keyakinan yang salah, ilusi, persepsi yang salah dan tujuan yang
tidak realistis.
d) Bersama-sama
identifikasi area kekuatan klien dan tempatkan keseuksesan dan kegagalan dalam
perepsi yang sesuai.
e) Gali
sumber koping yang dimiliki klien.
2. Gali
respons koping adaptif dan meladaptive klien terhadap masalah yang diharapkan.
a) Gambarkan
pada klien bahwa koping bebas dipilih dan memiliki konsekuensi positif dan
negatif.
b) Bedakan
respons adaptif dan maladaptive.
c) Bersama-sama
mengidentifikasi kerugikan dari respons maladaptive klien.
d) Diskusikan
akibat respons klien yang meladaptive.
e) Gunakan
berbagai tehnik komonikasi teraputik yang bervariasi:
1) Fasilitasi
adalah membantu klien dengan cara mendengarkan aktif, memberikan respons,
menerima dan mau memahami sehingga mendorong klien untuk berbicara secara
terbuka tentang dirinya.
2) Konfrontasi.
3) Klarifikasi.
4) Psikodrama,
adalah metode drama khusu yang mengali hgubungan-hubungan antar individu,
konflik-konflik dan masalah-masalah emosional yang digunakan untuk memperbaiki
kepribadian seseorang.
5) Analisis
proses interaksi, adalah kegiatan menganalisis diri sendiri dan orang lain
meliputi verbal, non verbal, serta perasaan selama proses interaksi
interpersonal berlangsung.
i.
Perenncanaan yang realistik (realistic planning)
1. Bantu
klien untuk mengedentifikasi alternatif pemecahan.
2. Bantu
klien memahami bahwa hanya dia yang mampu mengunbah dirinya bukan orang lain.
3. Jika
klien mempunyai persepsi yang tidak konsisten, bantu dia melihat bahwa ia dapat
berubah, sebagi berikut:
4. Keyakinan
dan idealnya dapat membawa dia pada kenyataan.
5. Lingkungan
untuk membuat konsisten dengan keyakinannya.
6. Jika
konsep diri tidak konsisten dengan perilakunya, ia dapat merubah:
a) Perilakunya
disesuaikan dengan konsep dirinya.
b) Keyakinan
yang mendasari konsep dirinya disesuaikan dengan perilaku.
c) Ideal
dirinya.
d) Bersama-sama
mengulas bagaimana sumber koping dapat lebih baik digunakan klien.
j.
Bantu klien mengembangkan tujuan yang
realistis:
1. Dorong
klien untuk merumuskan tujuannya sendiri (bukan tujuan perawat)
2. Bersama-sama
mendiskusikan konsekuensi emosi, praktiknya dan berdasarkan realita dari setiap
tujuan.
3. Bantu
klien untuk menetapkan perubahan kongkret yang diharapkan.
4. Dorong
klien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang secara potensial.
5. Gunakan
bermain peran, model peran dan visualisasi bila perlu.
k. Pengambilan
keputusan untuk melakukan tindakan (commitment
to action)
Bantu klien melakukian tindakan
yang diperlukan untuk mengubah respons koping meladaptive dan mempertahankan
respons koping yang adaptif:
1. Fasilitasi
klesempatan untuk sukses.
2. Kuatkan
dan beri pengakuan pada kekuatan, keterampilan dan aspek yang sehat dari
kepribadian klien.
3. Bantu
klien untuk mendapatkan bantuan yang di perlukan.
4. Pakai
kelompok yang dapat memberi harga diri pada klien.
5. Tingkatkan
perbedaan diri pada klien di dalam keluarga, klien merasakian sebagai individu
yang unik.
6. Beri
waktu yang cukup untuk berubah.
7. Sediakan
dukungan yang cukup dan reinforcement positif
pada klien untuk membantu mempertahankan kemampuannya.
Rencana
Penyuluhan Pasien
|
||
Isi
|
Aktivitas
instruksional
|
Evaluasi
|
Definisi konsep tentang perbedaan diri pada dalam keluarga asal
individu
|
Batas pebedaan antara tingkat perbedaan diri yang tinggi dan rendah.
Minta pasien
|
Pasien mengedentifikasi tingkat fungsi keluarga asalnya.
|
Uraikan karateristik penyatuan emosi, jalan pintas emosi dan
trigualisasi.
|
Mengidentifikasi tingkat funfsi antara anggota keluarga
|
Pasien menguraikan pola keluarga sendiri
|
Bahas peran pembentukan dan pembawa gejala dalam keluarga
|
Analisis jenis dan pola hubungan keluarga
|
Pasien mengidentifikasi peran dan perilakunya
|
Uraikan genogram keluarga dan perlihatkan bagaimana cara membuatnya.
|
Gunakan kertas dan pensil untuk menggambarkan diagram pola keluarga
|
Pasien mengenali kontribusi keluarga terhadap stress yang dialami
anggota keluarga
|
Analisis kebutuhan sesuai objektivitas dan tanggung jawab untuk
mengubah perilaku sendiri dan bukan perilaku orang lain.
|
Buat pasien agar peka terhadap dinamika dan menifestasi stress.
|
Pasien meghubungi anggota keluarga
|
|
Dukung komonikasi keluarga
|
Pasien memperoleh informasi yang sesungguhnya tentang keluarga
|
|
Gunakan papan tulis untuk menggambar genogram keluarga
|
Pasien menyusun genogram keluarga
|
|
Tugaskan genogram keluarga
|
|
|
Bermain peran interaksi dengan berbagai anggota keluarga
|
Pasien menunjukkan tingkat perbedaan yang tinggi dari keluarga asalnya
|
|
Dukung uji coba cara berteraksi yang baru dengan anggota keluarga
|
2.6 Tindakan Terhadap Perubahan Konsep
Diri
Interversal keperawatan
membantu pasien memberi penilaian kognitif dirinya terhadap situasi yang
berhubungan dengan perasaan untuk membantu pasien meningkatkan pertanyaan diri
dan kemudian melakukan tindakan untuk mengubah perilaku. Pendekatan
penyelesaian masalah ini memerlukan tingkat intervensi yang progresif, sebagai
berikut:
1. Meluaskan
kesadaran diri
2. Eksplorasi
diri
3. Evaluasi
diri
4. Perencanaan
yang realistis
5. Kometmen
terhadap tindakan
Intervensi
Keperawatan
|
||
Prinsip
|
Rasional
|
Intervensi
keperawatan
|
Tingakat 1:
Bina hubungan
terbuka, saling percaya
Bekerja dengan pasien
bagaimanapun kekuatan egonya
Maksimalkan peran
serta pasien dalam hubungan terapeutik
|
Tujuan: meluaskan
kesadarandiri pasien
1. Kurangi
ancaman yang terlihat dalam sikap terhadap pasien; bantu pasien untuk
meluaskan dan menerima semua aspek kepribadian’
2. Kekuatan
ego tingkat tertentu, seperti kapasitas untuk uji realitas, kontrol diri,
atau tingkat integritas ego, dibutuhkan sebagai dasar asuhan keperawatan
kenudiaan.
3. Timbal
balik di perilaku bagi pasien untuk merima tangguang jawab terhadap perilaku
respons kopingnya yang maladaptirf
|
Tawarkan penerimaan
tanpa syarat
1. Dengarkan
pasien
2. Dukung
pembahasan tentang pikiran dan perasaan pasien
3. Berespon
tanpa berdakwa
4. Sampaikan
bahwa pasien adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu
menolong dirinya sendiri.
5. Identifikasi
kekuatan ego pasien
6. Pedoman
dengan pasien dengan sumber ego yang terbatas:
· Mulai
dengan meyekinkan identitas pasien
· Berikan
dukungan untuk mengurangi tingkat ansietas panic
· Dekat
pasien dengan cara tidak menuntut
· Terima
dan upayakan klarifikasi komonikasi verbal
· Cegah
pasien dengan pengisolasian diri
· Bina
rutinitas pasien yang sederhana bagi pasien
· Tetapankan
batasan untuk perilaku yang tidak tepat
· Orientasi
pasien terhadap realitas
· Kuatkan
perilaku yang sesuai
· Tingkat5kan
aktivitas dan tugas yang dapat memberikan pengalamn positif secara terhadap
· Bantu
dalam kebersihan dan kecantikan diri
· Dukungn
pasien dalam asuhan mandiri
7. Tingkat
peran serta pasien secara bertahap dalam membuat keputusan yang berkaitan
dengan asuhan dirinya.
8. Sampaikan
bahwa pasien individu yang bertanggung jawab
|
Tingkat 2:
1.
Bantu pasien untuk menerima perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya.
2.
Bantu pasien mengklarifikasi konsep diri dan hubungan dengan orang
lain melalui pengungkapan diri
3.
Waspada dan kendalikan perasaan anda sendiri
4.
Berespons empatik, bukan simpatik, tekankah bahwa kekutan untuk
berubah berada pada pasien
|
Tujuan: mendukung
eksplorasi diri pasien dengan menunjukkan minat dan penerimaan terhadap perasaan dan pikiran
pasien, perawat membantu pasien untuk melakukan yang sama.
Pengungkapan diri dan pemahaman terhadap persepsi diri di pelukan
untuk membawa perubahan yang akan datang, pengungkapan diri dapat mengurangi
ansietas.
Kesadaran diri memungkinkan perawat memberi model perilaku autentik
dan membatasipengaruh negatif kontertransferensdalam hubungan.
Simpati dapat menimbulkan rasa kasien pasien, sebaliknya, perawat
harus mengkomonikasikan bahwa situasi kehidupan pasien memerlukan kendali
diri.
|
1. Dukung
ekspresi emosi, keyakinan, perilaku, dan pikiran pasien secara verbal,
nonverbal, simbolik, atau langsung.
2. Gunakan
keterampilan komonikasi terapeutik dan respon empati.
3. Cara penggunaan pemikiran logic dan tidak
logic pasien serta laporkan dan amati respon pasiennya.
4. Bangkitkian
persepsi pasien tentang kelebihan dan kekurangan diri yang dimili.
5. Bantu
pasien untuk menguraikan ideal diri
6. Identifikasi
kritik diri pasien.
7. Bantu
pasien untuk menguraikan keyakinan tentang bagimana ia berhubungan dengan
oraqn lain dan dengan peristiwa.
8. Terbuka
terhadap perasaan perasaan anda sendiri
9. Terima
perasaan positif dan negatif.
·
Gunakan diri secara terapeutik
denga;
·
Berbagi perasan anda dengan
pasien
·
Mengungkapkan tentan apa yang
mungkin orang lain rasakan
10. Mencerminkan
persepsi anda terhadap perasan pasien.
11. Gunakan
respons empatik dan pantau diri anda terhadap perasaan simpati atau kasihan.
12. Tegaskan
bahwa pasien bukan tidak berdaya atau tak kuasa dalam menghadapi masalah.
13. Tunjukkan
pada pasien baik sewcara verbal maupun mel;alui perilaku bahwa pasien
bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri, termasuk memilih respons
koping yang adaptif dan maladaptive.
14. Gunakan
sisten pendukung diri keluarga dan kelompok untuk memfasilitasi eksplorasi
diri pasien.
15. Bantu
pasien dalam mengenali, sifat konflik dan respons koping meladaptif.
|
Tingkat 3:
1.
Bantu pasien untuk menjabarkan masalah secara jelas
2.
Gali respons adaptif dan maladaptive pasienterhadap masalah.
|
Tujuan: membantu evaluasi pasien
1.
Hanya setelah masalah dijabarkan dengan benar, pilihan alternative
dapat diusulkan.
2.
Penggalian koping tersebut penting untuk memeriksa pilihan koping
pasien dan mengevaluasi akibat positif dan negatif
|
1.
Identifikasi stressor yang relevan dan penilain pasien terhadap stressor
2.
Klarifikasi bahwa keyakinan pasien mempengaruhi perasaan dan
perilakunya
3.
Identifikasi bersama yang salah, persepsi yang tidak benar, ilusi dan
tujuan yang tidak realistic.
4.
Identifikasi bersama area kekuatan.
5.
Tempatkan konsep keberhasilan dan kegagalan dalam pandangan yang
sesuai
6.
Uraikan kepada pasien bahwa semua respons koping dapat di pilih dan
mempunyai akibat baik positif maupun negatif
7.
Bandingkan respons adaptif dan maladaptive
8.
Identifikasi bersama kerugian respons koping yang maladaptive
9.
Identifikasi bersama keringian atau, “hasil” respons adaptif.
10.
Bahs bagaimana hasil tersebut mendukung penggunaan respons koping
adaptif selanjutnya
11.
Gunakan berbagai keterampilan terapeutik, seperti:
·
Komonikasi fasilitatif
·
Konfrontasi suportif
·
Klarifikasi peran
·
Reaksi transferens dan kontertransferens dalam hubungan
perawat-pasien.
·
psikodrama
|
Tingkat 4:
1.
bantu pasien mengdentifikasi sosial alternative
2.
bantu pasien mengkonsep sualisasi tujuan yang realistic.
|
Tujuan: membantu pasien dalam merumuskan rencana tindakan yang
realistik.
1.
Hanya setelah semua alternative yang memungkinkan di evaluasi baru
dapat terjadi suatu perubahan.
2.
Penetapan tujuan harus mencakup jabatan yang jelas tentang perubahan
yang di harapkan
|
1.
Bantu pasien maemahami bahwa hanya dia yang dapat mengubah dirinya,
bukan orang lain.
2.
Jika pasien berpegang pada persepsi yang tidak konsisten, bantu pasien
untuk melihat bahwa dia dapat mengubah:
·
Keyakunan atu ideal mendekati suatu kenyataan.
·
Lingkungan membuatnya konsisten dengan keyakinan pasien.
3.
Jika konsep diri tidak konsisten dengan perilaku, pasien dapat mengubah:
·
Perilaku yang sesuai dengan konsep diri
·
Keyakinan yang melatar belakangi konsep diri termasuk perilaku
·
Ideal diri
4.
Dorong pasien untuk merumuskan tujuan sendiri (bukan tujuan anda)
5.
Bahas bersama konsekuensi yang bersifat emosional, pratikal dan realistik
dari tiap tujuan
6.
Bantu pasien untuk menjabarkan secara jelas perubahan konkrit yang
diinginkan
7.
Gunakan latihan peran, contoh peran, permainan peran, dan visualisai
jika sesuai.
|
Tahap 5:
1.
Bantu pasien melakukan tindakan yang di perlukan untuk mengubah respos
koping maladaptive dan mempertahankan respons dengan yang lebih adaptif.
|
Tujuan: membantu pasien agar tertekad untuk membuat keputusan dan
mencapai tujuan sendiri
Tujuan utama dalam meningkatkan penghayatan adalah membantu pasien
mengalami respons koping yang maladaptive dengan yang lebih adaptif.
|
1.
Berikan kesempatankepada pasien untuk mengalami suatu keberhasilan
2.
Dukung kekuatan, keterampilan, dan aspek yang sehat dari kepribadian
pasien
3.
Dukung pasien untuk meningkatkan harga diri pasien
4.
Gunakan kelompokmuntuk meningkatkan harga diri pasien
5.
Tingkatkan perbedaan diri pasien dalam keluarga
6.
Beri pasien yang cukup untuk berubah
7.
Beri sejumlah dukungan yang sesuai dan positif untuk membantu pasien
mempertahankan kemajuannya.
|
Bab
III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Konsep
diri merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi
bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan
– tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut. Terdapat 5 komponen
konsep diri yaitu identitas diri dimana memandang diri berbeda dengan orang
lain, gambaran diri dimana persepsi tentang diri kita bukan penilaian orang
lain, harga diri yang berupa penilaian dirinya , ideal diri yaitu harapan
individu terhadap dirinya yang akan dinilai oleh personal lain dan peran
merupakan pola sikap, perilaku, posisi di masyarakat atau fungsi dirinya baik
di lingkungan masyarakat, keluarga atau komunitas.
Daftar
pustaka
Suhron,
muhammad. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Self
Esteen..
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar