Evidance based Practiced dalam
Keperawatan Maternitas
Pengampu: Soliha,
S.Kep.,Ns.,MAP
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Agus Zaini (16142010003)
Candra Febri A (16142010009)
Munawaroh (16142010021)
Nurul Qomariyah (16142010029)
Riski Ainur R (16142010032)
Rusdiana (16142010035)
Zainatul Firdausiah (16142010044)
Nur Laili Alfin (16142010134)
PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN NGUDIA HUSADA MADURA
2017
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, kami panjatkan puja
dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami yang telah memberikan kesehatan jasmani da rohani
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ‘Evidance based Practiced dalam Keperawatan Maternitas’ ini
dengan lancar. Sholawat serta salam
tak lupa kami curahkan kehadirat
Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam
yang penuh rahmat ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Namun,
terlepas dari itu semua kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat ataupun inspirasi untuk para pembaca
Bangkalan,
20 September 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang........................................................................................
1.2
Rumusan Masalah...................................................................................
1.3
Tujuan Masalah.......................................................................................
BAB
2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Family Centered
Maternity Care...............................................
2.1 Lotus Birth...............................................................................................
2.2 Gentle Birth..............................................................................................
BAB
3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya penyatuan atau penggabungan
pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan dengan jelas (dalam
Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:, Geneva, Swiss, 1997) “Penundaan
Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam
perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan
intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.”
Metode
gentle birth tidak dapat diterapkan pada rumah bersalin karena metode ini
merupakan percampuran atara metode medis dengan metode tradisional. Selain itu,
rumah bersalin yang ada sekarang juga lebih menganjurkan ibu hamil untuk
menempuh proses persalinan dengan opersai sesar dengan alasan keutungan
ekonomi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan metoda gentle birth yang
sangat menganjurkan ibu untuk melahirkan secara alami.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan family centered maternity care?
2. Apa yang dimaksud Gentle Birth?
3. Apa yang
dimaksud Lotus Birth?
1.3 Tujuan Masalah
1.
Mengetahui definisi family centered maternity care
2.
Mengetahui definisi Gentle Birth
3.
Mengetahui definisi Lotus Birth
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Family Centered Maternity Care
Family centered maternity care (FCMC) atau
keperawatan maternitas yang berfokus pada keluarga didefinisikan sebagai
melahirkan secara aman dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas sambil
menggali, memfokuskan dan mengadaptasikan terhadap kebutuhan klien, bayi dan
keluarga. Penekanannya adalah pada pelayanan ibu dan bayinya yang mendukung
kesatuan keluarga sambil mempertahankan keamanan dan keselamatan fisik (May,
& Mahlmiester, 1994). Konsep keperawatan maternitas berpusat pada keluarga,
diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan ibu dan keluarga pada masa kehamilan,
persalinan, dan postpartum, dengan melibatkan keluarga dan lingkungannya
sebagai sumber daya manusia yang dapat dioptimalkan untuk mensejahterakan dan
mempromosikan ibu dan bayinya (Pilliteri, 2003). Untuk mewujudkan pelayanan
maternitas yang berpusat pada keluarga, perawat harus berupaya berubah sikap
dan perilaku dalam hal pemberian pelayanan. Perawat diharapkan dapat menggali
apa yang diinginkan. (Yayat, 2008)
2.1.1 Pendekatan
Family Centered Maternity Care
Sepuluh
pendekatan yang digunakan pada model family centered maternity care menurut
Phillip dan Zwelling (1996) adalah :
1. Peristiwa
persalinan dan kelahiran dipandang sebagai suatu keadaan sejahtera (normal dan
alamiah) bukan suatu keadaan sakit, tetapi ibu saat ini mengalami perkembangan
kedewasaan, sehingga ibu dapat melakukan perawatan diri dan bayinya sendiri
dengan batuan keluarga.
2. Pelayanan
perinatal bersifat personal disesuaikan dengan kebutuhan fisik, psikososial,
latar belakang pendidikan, spiritual dan budaya dari setiap ibu dan keluarga,
sehingga ibu dan keluarga dapat melakukan aktifitasnya sesuai dengan kemampuan
dan pengalamannya.
3. Program
komprehensif edukasi perinatal, mempersiapkan keluarga untuk aktif
berpartisipasi sepanjang periode perinatal, serta masa menjadi orang tua.
Program ini mempersiapkan ibu dan keluarga sesuai kemampuannya belajar merawat
diri, bayi dan keluarganya.
4. Penyedia
pelayanan kesehatan membantu keluarga agar dapat membuat keputusan untuk
perawatan mereka dan membantu keluarga memiliki pengalaman positif sesuai
dengan harapannya. Pelayanan yang diberikan diharapkan memberi pengalaman
positif dalam merawat keluarga, sehingga keluarga dapat memilih pelayanan yang
berkualitas.
5. Pasangan/suami/orang
yang dipercaya ibu untuk membantu dirinya secara aktif selama proses perinatal.
Dalam hal ini FCMC memfasilitasi pasangan/orang yang dipercaya ibu untuk
belajar merawat bayinya selama di.rumah sakit, agar dapat membantu istrinya/ibu
postpartum setelah pulang perawatan (di rumah).
6. Memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginan ibu
dan keluarga selama perawatan di ruang rawat. Model ini mengajarkan keluarga
bagaimana mengetahui masalah dan memecahkan/mengatasi masalahnya,
7. Perawatan
rooming-in diberikan kecuali pada ibu dengan persalinan seksio sesarea. Model
ini memberi gambaran bagaimana peran keluarga (ayah, ibu dan anak) dalam
menjalankan perannya masing-masing di rumah dengan memberikan kesempatan untuk
melakukan perawatan sendiri dengan pemantauan perawat. Pemulangan dini dapat
dilakukan setelah melihat kesiapan ibu dan keluarga, seperti hasil penelitian
Grullon, dan Grimes (1997) bahwa pemulangan dini postpartum akan nampak aman
bila dilakukan sesuai dengan kriteria secara umum atau kriteria ibu dan bayi
8. Ibu
adalah perawat untuk bayinya sendiri, ibu melakukan aktifitas untuk memenuhi
kebutuhan bayinya kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun.
9. Perawat
memfasilitasi ibu dan bayi sebagai satu kesatuan yang menjadi tanggung
jawabnya, memberi gambaran pada ibu dan keluarga, kebutuhan mana yang
memerlukan bantuan orang lain. (Yayat, 2008)
Para orangtua diijinkan untuk merawat bayi
mereka yang sakit/resiko tinggi setiap ada waktu dan mereka diikutsertakan
dalam merawat bayinya sesuai dengan kondisinya, memberi kesempatan pada ibu dan
keluarga dengan melibatkan ibu dan pasangan dalam merawat bayi yang bermasalah
sesuai kemampuannya dengan melihat kondisi bayi, sehingga keluarga tahu
masalahbayi dan dapat mengambil keputusan dalam meminta bantuan untuk
mengatasinya. (Yayat, 2008)
2.2
Gentle Birth
2.2.1 Definisi
Gentle Birth
Gentle birth berarti lembut dan proses persalinan merupakan titik
nadir dari kehidupan seseorang. Persalinan hendaknya dilakukan dengan
kenyamanan dan bukan dianggap seperti sebuah tindakan medis yang traumatik.
Persalinan bukanlah antara hidup dan mati, tetapi antara hidup dan hidup.
Gentle birth merupakan konsep primitif yang dikemas dengan perkembangan
modernisasi yang ada sekarang ini., konsep ini berbeda dengan persalinan
konvensional biasa atau bahkan sectio caesarea, gentle birth berfokus pada
janin, dan membantu ibu hamil untuk mendapatkan pengalaman bersalin yang tenang,
alami, dan jauh dari trauma. Konsep Gentle birth di Indonesia lahir dari tangan
seorang bidan yaitu Robin Lim. Ia mendedikasikan hidupnya sepanjang 20 tahun
lebih untuk membantu wanita-wanita miskin di Ubud melakukan persalinan.
Gentle
artinya Lembut. Birth artinya Kelahiran. Jika di gabungkan bisa berarti, Lahir
dengan penuh kemembutan. Siapa yang Lahir? Yang lahir bukan hanya bayi saja
tetapi ibu , ayah bahkan keluarga yang “dilahirkan” kembali dan mengalami
transformasi yang luar biasa, dan proses ini terjadi sangat lembut dan minim
akan trauma.
Gentle birth
adalah sebuah filosofi dalam proses kelahiran dan persalinan yang begitu
tenang, penuh kelembutan dan memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh seorang
manusia, sebuah pendekatan dalam proses kelahiran alami yang menggabungkan
nilai-nilai dan keyakinan yang dianut oleh wanita itu sendiri
Gentle Birth
adalah metode melahirkan dengan pendekatan holistik yang ramah jiwa, menjunjung
tinggi kearifan persalinan yang merunduk pada prinsip alam dan dilakukan pada
lingkungan yang bersahabat dan familiar bagi seorang ibu.
Gentle Birth
merupakan persalinan alami yang menitikberatkan proses kelahiran yang tenang.
Memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh seorang manusia. Tanpa intervensi
medis.
2.2.2 Jenis-jenis Gentle Birth
2.2.2.1 Water Birth: persalinan dilakukan di dalam air, untuk meringankan
sakit pada ibu. Persalinan
dalam air (water birth) merupakan salah satu metode alternatif persalinan
pervaginam, berupa ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan cara
berendam dalam air hangat (di bathtub atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa
nyeri kontraksi dan memberi sensasi nyaman.
Rasa sakit
pada saat persalinan dikurangi dengan menggunakan sarana berupa air hangat. Ibu
dibiarkan bebas mengatur sendiri posisi yang paling nyaman. Sebaiknya, ibu
masuk ke dalam air setelah mencapai pembukaan 6, karena masuk ke dalam kolam
atau bak mandi terlalu awal malah akan memperlama proses melahirkan karena air
hangat membuat tubuh menjadi relaks.
Sebelum
masuk air, ibu harus minum banyak air putih karena berendam dalam air hangat
dapat menyebabkan dehidrasi dan menurunkan level energi. Dehidrasi menghambat
otot-otot tubuh bergerak efisien dan menyebabkan lelah. Batalkan rencana ini
bila mekonium (pup pertama bayi) keluar ketika air ketuban pecah
atau bayi Anda mengalami komplikasi, bila terjadi perdarahan pada
ibu, terjadi keterlambatan pada pembukaan satu-dua atau bila
kepala bayi tidak berada di bawah di jalan lahir.
Beberapa
syarat persalinan Water Birth yaitu Ibu hamil risiko rendah, Ibu hamil tidak
mengalami infeksi vagina, saluran kemih, dan kulit, Tanda vital ibu dalam batas
normal, dan CTG (Cardiotocography) janin normal. Selain itu Air hangat
digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi serviks
mencapai 4-5 cm dan Pasien setuju mengikuti instruksi penolong
2.2.2.2
Hypno Birth: selama
mengandung ibu lebih banyak bermeditasi dan menenangkan diri. Sebelum proses
persalinan –bahkan selama kehamilan– ibu melakukanself hypnosis untuk
mencapai kondisi relaksasi yang dalam (meditatif) dan membebaskan diri dari
rasa takut melalui latihan pernapasan. Dalam kondisi ini, tubuh akan memproduksi
senyawa pereda rasa sakit alami yaitu hormon endorfin. Rasa sakit selama proses
persalinan akan teralihkan dan minimal, atau hingga tak terasa. Dalam prosesnya
ibu juga disemangati untuk melakukan visualisasi positif bahwa melahirkan itu
lembut, bebas dari rasa takut, dan mudah. Batalkan rencana ini bila terjadi
komplikasi medis pada ibu dan janin, bayi dalam kondisi tak normal
atau bila bibir rahim tak cukup lebar.
2.2.2.3
Silence Birth : selama
melahirkan ibu dibuat se-rileks mungkin, tidak panic, dan menangis. Tidak ada lagi aba-aba atau perintah dari penolong
persalinan untuk menyemangati ibu mengejan pada persalinan dengan cara ini.
Metode yang dikembangkan oleh Ron L. Hubbard dari aliran
Scientology ini menghindari suara, baik oleh ibu yang melahirkan maupun
tenaga medis dan pendamping, sehingga tercipta suasana tenang, hening, damai,
serta penuh cinta dan kebahagiaan. Suasana seperti itu menunjang ibu mampu
menggunakan alam bawah sadarnya untuk menjalani persalinan serta mengalihkan
persepsi rasa sakit dalam pikirannya. Batalkan rencana ini bila terjadi
komplikasi pada kehamilan atau pada saat persalinan.
2.2.2.4
Lotus Birth :
persalinan yang membiarkan ari-ari dibiarkan lepas dengan sendirinya.Kelahiran
Lotus adalah praktek tidak memotong tali pusat saat lahir dan menjaga bayi
melekat Pada plasenta sampai memisahkan secara alami dari pusar bayi sekitar
3-5 hari. Biasa juga disebut sebagai pusar (kabel) nonseverence.
Lotus birth
adalah proses melahirkan bayi dengan tetap membiarkan tali pusar terhubung
dengan plasenta selama beberapa hari. Jadi tali pusat dan plasenta yang
menempel di pusar bayi tidak langsung dipotong usai ibu bersalin namun
dibiarkan mengering sendiri dan lalu terputus sendiri. Biasanya plasenta
dibalut dengan kain dan diletakkan di sebuah wadah seperti baskom yang sudah
diberikan bunga-bungaan atau herbal tertentu. Kadang juga ditaburi garam laut
untuk mempercepat proses pengeringan.
Para ibu yang pernah melakukan lotus birth merasakan
banyak manfaatnya. Terutama manfaat psikologis, seperti kedekatan ibu dan bayi,
kedamaian, ketenangan, dan perasaan tetap terhubung dengan bayinya walaupun
bayi itu telah dilahirkan
2.3 Lotus
Birth
2.3.1 Definisi Lotus Birth
Lotus Birth adalah proses
persalinan pada kala III yang tidak langsung dilakukan pemotongan tali pusat,
tetapi dibiarkan tetap terhubung antara bayi dan placenta hingga puput dengan
sendirinya. Rata-rata tali pusat lepas dari perut bayi sekitar 3-10 hari pasca
persalinan. (Moudy, 2013)
Lotus birth meskipun tidak
dianjurkan secara medis karena belum ada bukti ilmiahnya, namun menjadi tren
diantara ibu-ibu yang ingin melahirkan terutama home birth. Bukti ilmiah memang
belum ditemukan informasinya, namun dapat ditemukan dalam penuturan para ibu
yang telah melahirkan dan di publis secara online dapat juga dalam berbagai
buku yang telah ditulis oleh mereka yang telah berpengalaman sebagai praktisi
kesehatan maupun di tulis oleh ibu bersalin itu sendiri. (Moudy, 2013)
Implikasi dari Lotus Birth
sebaiknya didekati melalui perspektif tradisi misteri kuno, dikembangkan di
tempat-tempat yang beragam seperti India, Cina, dan Mesir. Melalui disiplin
kontemplasi dan meditasi, tradisi ini telah mengembangkan pemahaman tentang
totalitas manusia yang masih absen dari ilmu kedokteran Barat. Umumnya, mereka
mengartikulasikan dimensi di mana manusia hidup secara bersamaan dan bagaimana
ketidakharmonisan atau trauma dalam satu efek yang lain. (Moudy, 2013)
2.3.2 Sejarah Lotus Birth
Lotus Birth pertama kali dirintis
di Negara Amerika Serikat. Meskipun demikian, praktik ini sebenarnya sudah ada
dalam budaya Bali, Aborigin Australia.9Sumber lain mengatakan bahwa praktik ini
dimulai dengan Claire Day yang sadar akan karya Jane Goodall seorang
primatology mengamati proses persalinan simpanse. Dia mencatat bahwa simpanse
istirahat dan bergerak naik turun di pohon-pohon dengan bayi mereka beserta
plasenta yang tetap melekat pada bayi hingga puput secara alami. (Moudy, 2013)
Claire menyadari ini adalah sikap
makluk sosial, hewan yang cinta damai dan tetap terhubung bersama-sama. Dia
juga membaca banyak tulisan yang menunjukkan bahwa banyak orang suci, seperti
kisah Buddha dan Kristus tidak diceritakan memotong tali pusat mereka saat
dilahirkan. Claire menyimpulkan bahwa memotong tali pusat adalah traumatis bagi
bayi, dan bahwa kita sebagai manusia akan menghabiskan terlalu banyak tahun mencoba
untuk pulih dari ini. (Moudy, 2013)
Dr. Sarah Buckley, ibu dari 3
anak dengan metode persalinan Lotus Birth mengatakan bahwa ketika tali pusat
dipotong, akan menyebabkan stress pada bayi sehingga bayi menjadi trauma.
Meskipun tali pusat pada dasarnya adalah bukan organ yang hidup, namun
sebenarnya masih terjadi komunikasi dengan bayi. (Moudy, 2013)
Informasi mengenai Lotus birth
ini juga terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, Kristen serta Yahudi. Di Tibet dan
Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai" digunakan untuk
menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava
(Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai satu kesatuan yang
utuh, anak-anak kudus. Kelahiran teratai juga ditemukan dalam Hinduisme,
misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu. (Moudy, 2013)
Di Indonesia dr. I. Nyoman
Hariyasa Sanjaya dalam seminar tentang Lotus Birth di Malang mengatakan bahwa
“kalau pohon saja, dengan sendirinya menggugurkan daunnya mengapa kita
memaksanya dengan cara memetik daunnya? Nah begitulah sama halnya dengan
Plasenta. Kalau tali pusat saja, bisa terlepas dengan sendirinya…mengapa kita
harus mengklem/memotongnya…” (Moudy,
2013)
Praktik persalinan dengan Lotus
birth telah dipraktikan oleh beberapa praktisi khususnya bidan di tanah air
diantaranya ibu Robin Lim di Bali, namun dari informasi yang penulis dapatkan,
preferensi untuk persalinan dengan metode Lotus Birth masih sangat jarang
sekitar 2-3 persalinan setiap bulannya. (Moudy, 2013)
2.3.3
Langkah-langkah dalam proses Lotus Birth
Prosedur pertolongan persalinan dengan metode Lotus Birth adalah sebagai
berikut:
1. Ketika bayi lahir , biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat melingkari
leher bayi, cukup di keluarkan melalui kepala.
2. Tunggu kelahiran placenta secara alamiah. Jangan gunakan oksitosin
kaerena oksitosin akan memaksa darah terlalu banyak terlalu cepat ke bayi dan
kompromi plasenta .
3. Ketika plasenta lahir, tempatkan ke dalam
mangkuk bersihdi samping ibu .
4. Tunggu transfusi melalui tali pusat ke bayi sebelum menangani plasenta .
5. Basuhlah plasenta dengan air hangat dan keringkan .
6. Tempatkan plasenta ke dalam saringan saringan selama 24 jam untuk
memungkinkan drainase .
7. Bungkus plasenta dalam bahan penyerap, popok atau kain dan dimasukkan ke
dalam kantong plasenta. Ganti pembungkusnya setiap hari atau lebih sering jika
terjadi rembesan.Plasenta dapat diletakkan di tempat tidur yang telah ditaburi
garam laut (yang diganti setiap hari ) dapat pula dengan herbal yang mengandung
Echinacea, Calendula dan Arnica serta minyak Lavender .
8. Bayi di gendong dan disusui sesuai keinginan atau kebutuhan bayi yang
diketahui secara insting oleh ibu jika bayi mengangis atau reaksi lainnya.
9. Bayi di beri pakaian longgar agar tidak mengganggu gerakan karena tali
pusat masih menempel.
10. Bayi dapat
dimandikan seperti biasa, plasenta dibiarkan seperti itu.
11. Batasi
pergerakan selama tali pusat belum puput.
(Moudy, 2013)
2.3.4 Kerugian Lotus Birth
Secara logika dapat disimpulkan
bahwa metode ini rentan terjadi infeksi karena port de entry antara tali
placenta, tali pusat dan bayi masih ada. Akibatnya metode ini belum dapat
sepenuhnya diadopsi dalam praktis medis. Kontroversi ini terjadi di berbagai belahan
dunia, namun pilihan untuk menggunakan metode ini adalah hak ibu dan keluarga
sehingga efek samping jika terjadi komplikasi seperti infeksi merupakan
tanggung jawab ibu dan keluarga.
Selain dapat terjadi infeksi,
kekurangan lain dari metode Lotus birth adalah:
1. Tidak bisa diterapkan pada semua seting
pelayanan karena terbatas oleh
keyakinan, budaya dan kebijakan serta bukti ilmiah.
2. Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai dan
SDM yang kompeten.
3. Perlu hati-hati dalam merawat bayi, tali pusat
dan plasenta sebelum puput
agar tidak infeksi, tidak berbau dan tidak putus
karena tindakan yang tidak di sengaja karena terburu-buru atau tidak hati-hati.
(Moudy, 2013)
Beberapa alasan seorang ibu
menentukan Lotus birth sebagai pilihan antara lain:14
1. Tidak ada keinginan ibu untuk
memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali pusat
2. Supaya proses transisi bayi
terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan penolong persalinan untuk
memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
3. Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan
plasenta.
4. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu
pertama postpartum
sebagai masa pemulihan sehingga
bayi mendapat perhatian penuh.
5.
Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi.
Sebagian besar pengunjung akan
lebih memilih untuk menunggu hingga
plasenta telah lepas.
6. Alasan rohani atau emosional.
7. Tradisi budaya yang harus dilakukan.
8. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong
atau mengikat tali
pusat.
9. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka
pada perut (adanya luka
membutuhkan waktu untuk penyembuhan sedangkan jika
tidak ada luka, waktu penyembuhan akan minimal). (Moudy, 2013)
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lotus Birth, atau tali
pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali pusat yang tidak
diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses
fisiologis normal dalam perubahan Wharton's jelly yang menghasilkan pengkleman
internal alami dalam 10-20 menit pasca persalinan. Tali pusat kemudian Kering
dan akhirnya lepas dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari
setelah lahir. Amerika merupakan negara perintis Lotus Birth, hal tersebut tercantum
dalam catatan tertulis. Bali memiliki berbagai tradisi dan ritual mengenai proses
kelahiran. Setiap kelahiran membawa cerita yang baru dan berbeda untuk
dijadikan sebuah pelajaran. Setiap wanita menyanyikan lagu kelahiran sendiri
untuk bayinya. Ada banyak sukacita dan perayaan pada saat kelahiran. Tidak ada
keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong
tali pusat. Langkah dilakukannya Lotus Birth
Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat
berada sekitar leher bayi, cukup angkat tali tersebut.
Gentle birth adalah
sebuah filosofi dalam proses kelahiran dan persalinan yang begitu tenang, penuh
kelembutan dan memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh seorang manusia,
sebuah pendekatan dalam proses kelahiran alami yang menggabungkan nilai-nilai
dan keyakinan yang dianut oleh wanita itu sendiri.
3.2 Saran
Persalinan bukan antara hidup dan
mati tetapi antara hidup dan hidup. Lebih baik seorang ibu memilih persalinan
yang aman untuk dirinya dan untuk bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://mihalulabrar.blogspot.co.id/2011/03/lotus-birth.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar