Jumat, 08 Desember 2017

Evidance based Practiced dalam Keperawatan Maternitas

Evidance based Practiced dalam Keperawatan Maternitas
Pengampu: Soliha, S.Kep.,Ns.,MAP
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Agus Zaini                            (16142010003)
Candra Febri A                     (16142010009)
Munawaroh                           (16142010021)
Nurul Qomariyah                  (16142010029)
Riski Ainur R                        (16142010032)
Rusdiana                               (16142010035)
Zainatul Firdausiah               (16142010044)
Nur Laili Alfin                      (16142010134)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDIA HUSADA MADURA
2017


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan  puja dan  puji syukur kehadirat-Nya  yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami yang telah memberikan kesehatan jasmani da rohani sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ‘Evidance based Practiced dalam Keperawatan Maternitasini dengan lancar. Sholawat serta salam  tak  lupa kami curahkan kehadirat Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam yang penuh rahmat ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Namun, terlepas dari itu semua kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan  terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat ataupun inspirasi untuk para pembaca







Bangkalan, 20 September 2017

Penyusun



DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang........................................................................................
1.2    Rumusan Masalah...................................................................................
1.3    Tujuan Masalah.......................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
            2.1 Definisi Family Centered Maternity Care...............................................
2.1 Lotus Birth...............................................................................................
2.2 Gentle Birth..............................................................................................
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................













BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:, Geneva, Swiss, 1997) “Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.”
Metode gentle birth tidak dapat diterapkan pada rumah bersalin karena metode ini merupakan percampuran atara metode medis dengan metode tradisional. Selain itu, rumah bersalin yang ada sekarang juga lebih menganjurkan ibu hamil untuk menempuh proses persalinan dengan opersai sesar dengan alasan keutungan ekonomi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan metoda gentle birth yang sangat menganjurkan ibu untuk melahirkan secara alami.
1.2  Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan family centered maternity care?
2. Apa yang dimaksud Gentle Birth?
      3. Apa yang dimaksud Lotus Birth?
1.3  Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi family centered maternity care
2. Mengetahui definisi Gentle Birth
3. Mengetahui definisi Lotus Birth





BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Family Centered Maternity Care
Family centered maternity care (FCMC) atau keperawatan maternitas yang berfokus pada keluarga didefinisikan sebagai melahirkan secara aman dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas sambil menggali, memfokuskan dan mengadaptasikan terhadap kebutuhan klien, bayi dan keluarga. Penekanannya adalah pada pelayanan ibu dan bayinya yang mendukung kesatuan keluarga sambil mempertahankan keamanan dan keselamatan fisik (May, & Mahlmiester, 1994). Konsep keperawatan maternitas berpusat pada keluarga, diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan ibu dan keluarga pada masa kehamilan, persalinan, dan postpartum, dengan melibatkan keluarga dan lingkungannya sebagai sumber daya manusia yang dapat dioptimalkan untuk mensejahterakan dan mempromosikan ibu dan bayinya (Pilliteri, 2003). Untuk mewujudkan pelayanan maternitas yang berpusat pada keluarga, perawat harus berupaya berubah sikap dan perilaku dalam hal pemberian pelayanan. Perawat diharapkan dapat menggali apa yang diinginkan. (Yayat, 2008)
      2.1.1 Pendekatan Family Centered Maternity Care
        Sepuluh pendekatan yang digunakan pada model family centered maternity care menurut Phillip dan Zwelling (1996) adalah :
1.      Peristiwa persalinan dan kelahiran dipandang sebagai suatu keadaan sejahtera (normal dan alamiah) bukan suatu keadaan sakit, tetapi ibu saat ini mengalami perkembangan kedewasaan, sehingga ibu dapat melakukan perawatan diri dan bayinya sendiri dengan batuan keluarga.
2.      Pelayanan perinatal bersifat personal disesuaikan dengan kebutuhan fisik, psikososial, latar belakang pendidikan, spiritual dan budaya dari setiap ibu dan keluarga, sehingga ibu dan keluarga dapat melakukan aktifitasnya sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya.
3.      Program komprehensif edukasi perinatal, mempersiapkan keluarga untuk aktif berpartisipasi sepanjang periode perinatal, serta masa menjadi orang tua. Program ini mempersiapkan ibu dan keluarga sesuai kemampuannya belajar merawat diri, bayi dan keluarganya.
4.      Penyedia pelayanan kesehatan membantu keluarga agar dapat membuat keputusan untuk perawatan mereka dan membantu keluarga memiliki pengalaman positif sesuai dengan harapannya. Pelayanan yang diberikan diharapkan memberi pengalaman positif dalam merawat keluarga, sehingga keluarga dapat memilih pelayanan yang berkualitas.
5.      Pasangan/suami/orang yang dipercaya ibu untuk membantu dirinya secara aktif selama proses perinatal. Dalam hal ini FCMC memfasilitasi pasangan/orang yang dipercaya ibu untuk belajar merawat bayinya selama di.rumah sakit, agar dapat membantu istrinya/ibu postpartum setelah pulang perawatan (di rumah).
6.       Memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginan ibu dan keluarga selama perawatan di ruang rawat. Model ini mengajarkan keluarga bagaimana mengetahui masalah dan memecahkan/mengatasi masalahnya,
7.      Perawatan rooming-in diberikan kecuali pada ibu dengan persalinan seksio sesarea. Model ini memberi gambaran bagaimana peran keluarga (ayah, ibu dan anak) dalam menjalankan perannya masing-masing di rumah dengan memberikan kesempatan untuk melakukan perawatan sendiri dengan pemantauan perawat. Pemulangan dini dapat dilakukan setelah melihat kesiapan ibu dan keluarga, seperti hasil penelitian Grullon, dan Grimes (1997) bahwa pemulangan dini postpartum akan nampak aman bila dilakukan sesuai dengan kriteria secara umum atau kriteria ibu dan bayi
8.      Ibu adalah perawat untuk bayinya sendiri, ibu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan bayinya kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun.
9.      Perawat memfasilitasi ibu dan bayi sebagai satu kesatuan yang menjadi tanggung jawabnya, memberi gambaran pada ibu dan keluarga, kebutuhan mana yang memerlukan bantuan orang lain. (Yayat, 2008)
Para orangtua diijinkan untuk merawat bayi mereka yang sakit/resiko tinggi setiap ada waktu dan mereka diikutsertakan dalam merawat bayinya sesuai dengan kondisinya, memberi kesempatan pada ibu dan keluarga dengan melibatkan ibu dan pasangan dalam merawat bayi yang bermasalah sesuai kemampuannya dengan melihat kondisi bayi, sehingga keluarga tahu masalahbayi dan dapat mengambil keputusan dalam meminta bantuan untuk mengatasinya. (Yayat, 2008)
2.2    Gentle Birth
2.2.1 Definisi Gentle Birth
Gentle birth berarti lembut dan proses persalinan merupakan titik nadir dari kehidupan seseorang. Persalinan hendaknya dilakukan dengan kenyamanan dan bukan dianggap seperti sebuah tindakan medis yang traumatik. Persalinan bukanlah antara hidup dan mati, tetapi antara hidup dan hidup. Gentle birth merupakan konsep primitif yang dikemas dengan perkembangan modernisasi yang ada sekarang ini., konsep ini berbeda dengan persalinan konvensional biasa atau bahkan sectio caesarea, gentle birth berfokus pada janin, dan membantu ibu hamil untuk mendapatkan pengalaman bersalin yang tenang, alami, dan jauh dari trauma. Konsep Gentle birth di Indonesia lahir dari tangan seorang bidan yaitu Robin Lim. Ia mendedikasikan hidupnya sepanjang 20 tahun lebih untuk membantu wanita-wanita miskin di Ubud melakukan persalinan.
Gentle artinya Lembut. Birth artinya Kelahiran. Jika di gabungkan bisa berarti, Lahir dengan penuh kemembutan. Siapa yang Lahir? Yang lahir bukan hanya bayi saja tetapi ibu , ayah bahkan keluarga yang “dilahirkan” kembali dan mengalami transformasi yang luar biasa, dan proses ini terjadi sangat lembut dan minim akan trauma.
Gentle birth adalah sebuah filosofi dalam proses kelahiran dan persalinan yang begitu tenang, penuh kelembutan dan memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh seorang manusia, sebuah pendekatan dalam proses kelahiran alami yang menggabungkan nilai-nilai dan keyakinan yang dianut oleh wanita itu sendiri
Gentle Birth adalah metode melahirkan dengan pendekatan holistik yang ramah jiwa, menjunjung tinggi kearifan persalinan yang merunduk pada prinsip alam dan dilakukan pada lingkungan yang bersahabat dan familiar bagi seorang ibu.
Gentle Birth merupakan persalinan alami yang menitikberatkan proses kelahiran yang tenang. Memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh seorang manusia. Tanpa intervensi medis.
2.2.2 Jenis-jenis Gentle Birth
2.2.2.1 Water Birth: persalinan dilakukan di dalam air, untuk meringankan sakit pada ibu. Persalinan dalam air (water birth) merupakan salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, berupa ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan cara berendam dalam air hangat (di bathtub atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi sensasi nyaman.
Rasa sakit pada saat persalinan dikurangi dengan menggunakan sarana berupa air hangat. Ibu dibiarkan bebas mengatur sendiri posisi yang paling nyaman. Sebaiknya, ibu masuk ke dalam air setelah mencapai pembukaan 6, karena masuk ke dalam kolam atau bak mandi terlalu awal malah akan memperlama proses melahirkan karena air hangat membuat tubuh menjadi relaks.
Sebelum masuk air, ibu harus minum banyak air putih karena berendam dalam air hangat dapat menyebabkan dehidrasi dan menurunkan level energi. Dehidrasi menghambat otot-otot tubuh bergerak efisien dan menyebabkan lelah. Batalkan rencana ini bila mekonium (pup pertama bayi) keluar ketika air ketuban pecah atau bayi Anda mengalami komplikasi, bila terjadi perdarahan pada ibu, terjadi keterlambatan pada pembukaan satu-dua atau bila kepala bayi tidak berada di bawah di jalan lahir.
Beberapa syarat persalinan Water Birth yaitu Ibu hamil risiko rendah, Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina, saluran kemih, dan kulit, Tanda vital ibu dalam batas normal, dan CTG (Cardiotocography) janin normal. Selain itu Air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi serviks mencapai 4-5 cm dan Pasien setuju mengikuti instruksi penolong
2.2.2.2 Hypno Birth: selama mengandung ibu lebih banyak bermeditasi dan menenangkan diri. Sebelum proses persalinan –bahkan selama kehamilan– ibu melakukanself hypnosis untuk mencapai kondisi relaksasi yang dalam (meditatif) dan membebaskan diri dari rasa takut melalui latihan pernapasan. Dalam kondisi ini, tubuh akan memproduksi senyawa pereda rasa sakit alami yaitu hormon endorfin. Rasa sakit selama proses persalinan akan teralihkan dan minimal, atau hingga tak terasa. Dalam prosesnya ibu juga disemangati untuk melakukan visualisasi positif bahwa melahirkan itu lembut, bebas dari rasa takut, dan mudah. Batalkan rencana ini bila terjadi komplikasi medis pada ibu dan janin, bayi dalam kondisi tak normal atau bila bibir rahim tak cukup lebar.
2.2.2.3 Silence Birth : selama melahirkan ibu dibuat se-rileks mungkin, tidak panic, dan menangis. Tidak ada lagi aba-aba atau perintah dari penolong persalinan untuk menyemangati ibu mengejan pada persalinan dengan cara ini. Metode yang dikembangkan oleh Ron L. Hubbard dari aliran Scientology ini menghindari suara, baik oleh ibu yang  melahirkan maupun tenaga medis dan pendamping, sehingga tercipta suasana tenang, hening, damai, serta penuh cinta dan kebahagiaan. Suasana seperti itu menunjang ibu mampu menggunakan alam bawah sadarnya untuk menjalani persalinan serta mengalihkan persepsi rasa sakit dalam pikirannya. Batalkan rencana ini bila terjadi komplikasi pada kehamilan atau pada saat persalinan.
2.2.2.4 Lotus Birth : persalinan yang membiarkan ari-ari dibiarkan lepas dengan sendirinya.Kelahiran Lotus adalah praktek tidak memotong tali pusat saat lahir dan menjaga bayi melekat Pada plasenta sampai memisahkan secara alami dari pusar bayi sekitar 3-5 hari. Biasa juga disebut sebagai pusar (kabel) nonseverence.
Lotus birth adalah proses melahirkan bayi dengan tetap membiarkan tali pusar terhubung dengan plasenta selama beberapa hari. Jadi tali pusat dan plasenta yang menempel di pusar bayi tidak langsung dipotong usai ibu bersalin namun dibiarkan mengering sendiri dan lalu terputus sendiri. Biasanya plasenta dibalut dengan kain dan diletakkan di sebuah wadah seperti baskom yang sudah diberikan bunga-bungaan atau herbal tertentu. Kadang juga ditaburi garam laut untuk mempercepat proses pengeringan.
Para ibu yang pernah melakukan lotus birth merasakan banyak manfaatnya. Terutama manfaat psikologis, seperti kedekatan ibu dan bayi, kedamaian, ketenangan, dan perasaan tetap terhubung dengan bayinya walaupun bayi itu telah dilahirkan
2.3 Lotus Birth
2.3.1 Definisi Lotus Birth
Lotus Birth adalah proses persalinan pada kala III yang tidak langsung dilakukan pemotongan tali pusat, tetapi dibiarkan tetap terhubung antara bayi dan placenta hingga puput dengan sendirinya. Rata-rata tali pusat lepas dari perut bayi sekitar 3-10 hari pasca persalinan. (Moudy, 2013)
Lotus birth meskipun tidak dianjurkan secara medis karena belum ada bukti ilmiahnya, namun menjadi tren diantara ibu-ibu yang ingin melahirkan terutama home birth. Bukti ilmiah memang belum ditemukan informasinya, namun dapat ditemukan dalam penuturan para ibu yang telah melahirkan dan di publis secara online dapat juga dalam berbagai buku yang telah ditulis oleh mereka yang telah berpengalaman sebagai praktisi kesehatan maupun di tulis oleh ibu bersalin itu sendiri. (Moudy, 2013)
Implikasi dari Lotus Birth sebaiknya didekati melalui perspektif tradisi misteri kuno, dikembangkan di tempat-tempat yang beragam seperti India, Cina, dan Mesir. Melalui disiplin kontemplasi dan meditasi, tradisi ini telah mengembangkan pemahaman tentang totalitas manusia yang masih absen dari ilmu kedokteran Barat. Umumnya, mereka mengartikulasikan dimensi di mana manusia hidup secara bersamaan dan bagaimana ketidakharmonisan atau trauma dalam satu efek yang lain. (Moudy, 2013)
2.3.2 Sejarah Lotus Birth
Lotus Birth pertama kali dirintis di Negara Amerika Serikat. Meskipun demikian, praktik ini sebenarnya sudah ada dalam budaya Bali, Aborigin Australia.9Sumber lain mengatakan bahwa praktik ini dimulai dengan Claire Day yang sadar akan karya Jane Goodall seorang primatology mengamati proses persalinan simpanse. Dia mencatat bahwa simpanse istirahat dan bergerak naik turun di pohon-pohon dengan bayi mereka beserta plasenta yang tetap melekat pada bayi hingga puput secara alami. (Moudy, 2013)
Claire menyadari ini adalah sikap makluk sosial, hewan yang cinta damai dan tetap terhubung bersama-sama. Dia juga membaca banyak tulisan yang menunjukkan bahwa banyak orang suci, seperti kisah Buddha dan Kristus tidak diceritakan memotong tali pusat mereka saat dilahirkan. Claire menyimpulkan bahwa memotong tali pusat adalah traumatis bagi bayi, dan bahwa kita sebagai manusia akan menghabiskan terlalu banyak tahun mencoba untuk pulih dari ini. (Moudy, 2013)
Dr. Sarah Buckley, ibu dari 3 anak dengan metode persalinan Lotus Birth mengatakan bahwa ketika tali pusat dipotong, akan menyebabkan stress pada bayi sehingga bayi menjadi trauma. Meskipun tali pusat pada dasarnya adalah bukan organ yang hidup, namun sebenarnya masih terjadi komunikasi dengan bayi. (Moudy, 2013)
Informasi mengenai Lotus birth ini juga terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, Kristen serta Yahudi. Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai" digunakan untuk menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava (Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai satu kesatuan yang utuh, anak-anak kudus. Kelahiran teratai juga ditemukan dalam Hinduisme, misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu. (Moudy, 2013)
Di Indonesia dr. I. Nyoman Hariyasa Sanjaya dalam seminar tentang Lotus Birth di Malang mengatakan bahwa “kalau pohon saja, dengan sendirinya menggugurkan daunnya mengapa kita memaksanya dengan cara memetik daunnya? Nah begitulah sama halnya dengan Plasenta. Kalau tali pusat saja, bisa terlepas dengan sendirinya…mengapa kita harus mengklem/memotongnya…”  (Moudy, 2013)
Praktik persalinan dengan Lotus birth telah dipraktikan oleh beberapa praktisi khususnya bidan di tanah air diantaranya ibu Robin Lim di Bali, namun dari informasi yang penulis dapatkan, preferensi untuk persalinan dengan metode Lotus Birth masih sangat jarang sekitar 2-3 persalinan setiap bulannya. (Moudy, 2013)
2.3.3 Langkah-langkah dalam proses Lotus Birth
Prosedur pertolongan persalinan dengan metode Lotus Birth adalah sebagai berikut:
1. Ketika bayi lahir , biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat melingkari leher bayi, cukup di keluarkan melalui kepala.
2. Tunggu kelahiran placenta secara alamiah. Jangan gunakan oksitosin kaerena oksitosin akan memaksa darah terlalu banyak terlalu cepat ke bayi dan kompromi plasenta .
 3. Ketika plasenta lahir, tempatkan ke dalam mangkuk bersihdi samping ibu .
4. Tunggu transfusi melalui tali pusat ke bayi sebelum menangani plasenta .
5. Basuhlah plasenta dengan air hangat dan keringkan .
6. Tempatkan plasenta ke dalam saringan saringan selama 24 jam untuk memungkinkan drainase .
7. Bungkus plasenta dalam bahan penyerap, popok atau kain dan dimasukkan ke dalam kantong plasenta. Ganti pembungkusnya setiap hari atau lebih sering jika terjadi rembesan.Plasenta dapat diletakkan di tempat tidur yang telah ditaburi garam laut (yang diganti setiap hari ) dapat pula dengan herbal yang mengandung Echinacea, Calendula dan Arnica serta minyak Lavender .
8. Bayi di gendong dan disusui sesuai keinginan atau kebutuhan bayi yang diketahui secara insting oleh ibu jika bayi mengangis atau reaksi lainnya.
9. Bayi di beri pakaian longgar agar tidak mengganggu gerakan karena tali pusat masih menempel.
10. Bayi dapat dimandikan seperti biasa, plasenta dibiarkan seperti itu.
11. Batasi pergerakan selama tali pusat belum puput.  (Moudy, 2013)
2.3.4 Kerugian Lotus Birth
Secara logika dapat disimpulkan bahwa metode ini rentan terjadi infeksi karena port de entry antara tali placenta, tali pusat dan bayi masih ada. Akibatnya metode ini belum dapat sepenuhnya diadopsi dalam praktis medis. Kontroversi ini terjadi di berbagai belahan dunia, namun pilihan untuk menggunakan metode ini adalah hak ibu dan keluarga sehingga efek samping jika terjadi komplikasi seperti infeksi merupakan tanggung jawab ibu dan keluarga.
Selain dapat terjadi infeksi, kekurangan lain dari metode Lotus birth adalah:
1. Tidak bisa diterapkan pada semua seting pelayanan karena terbatas oleh
keyakinan, budaya dan kebijakan serta bukti ilmiah.
2. Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai dan SDM yang kompeten.
3. Perlu hati-hati dalam merawat bayi, tali pusat dan plasenta sebelum puput
agar tidak infeksi, tidak berbau dan tidak putus karena tindakan yang tidak di sengaja karena terburu-buru atau tidak hati-hati. (Moudy, 2013)
Beberapa alasan seorang ibu menentukan Lotus birth sebagai pilihan antara lain:14
1. Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali pusat
2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
3. Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
4. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum
sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
5.  Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi.
Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga
plasenta telah lepas.
6. Alasan rohani atau emosional.
7. Tradisi budaya yang harus dilakukan.
8. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali
pusat.
9. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka
membutuhkan waktu untuk penyembuhan sedangkan jika tidak ada luka, waktu penyembuhan akan minimal).  (Moudy, 2013)












BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali pusat yang tidak diklem dan  lahir  secara utuh, daripada ikut menghalangi proses fisiologis normal dalam perubahan Wharton's jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami dalam 10-20 menit pasca persalinan. Tali pusat kemudian Kering dan akhirnya lepas dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah lahir. Amerika merupakan negara perintis Lotus Birth, hal tersebut tercantum dalam catatan tertulis. Bali memiliki berbagai tradisi dan ritual mengenai proses kelahiran. Setiap kelahiran membawa cerita yang baru dan  berbeda untuk dijadikan sebuah pelajaran. Setiap wanita menyanyikan lagu kelahiran sendiri untuk bayinya. Ada banyak sukacita dan perayaan pada saat kelahiran. Tidak ada keinginan ibu untuk  memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali pusat. Langkah dilakukannya Lotus Birth Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada sekitar leher bayi, cukup angkat tali tersebut.
Gentle birth adalah sebuah filosofi dalam proses kelahiran dan persalinan yang begitu tenang, penuh kelembutan dan memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh seorang manusia, sebuah pendekatan dalam proses kelahiran alami yang menggabungkan nilai-nilai dan keyakinan yang dianut oleh wanita itu sendiri.

3.2 Saran
Persalinan bukan antara hidup dan mati tetapi antara hidup dan hidup. Lebih baik seorang ibu memilih persalinan yang aman untuk dirinya dan untuk bayinya.










DAFTAR PUSTAKA
http://mihalulabrar.blogspot.co.id/2011/03/lotus-birth.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar